Suara.com - Pada 2015, Indonesia akan mencanangkan diri sebagai salah satu pusat mode dunia. Dengan kekuatan serta kekayaan lokal mulai dari sumber daya alam, budaya, dan manusia, Indonesia berpotensi menjadi pusat inspirasi desain bahkan produksi bagi industri mode dunia.
Hal itu disampaikan Dina Midiani, ketua Indonesia Fashion Week, dalam konferensi pers seminar bertajuk "Trend Forecasting 2015/2016 bagi Supplier Matahari" di Jakarta, Rabu (22/10/2014).
Menurut Dina, masyarakat Indonesia sangat konsumtif dalam berbelanja. Dengan semakin banyaknya gempuran brand asing, tak ayal membuat masyarakat Indonesia banyak yang mengenakan pakaian keluaran produk luar tersebut. Padahal dengan target sebagai salah satu barometer mode Internasional, para produsen fesyen lokal tidak bisa berdiam diri saja.
"Bila industri fesyen di negeri ini mau maju, jangan hanya meniru tren dari luar negeri, tapi memberi tren baru dari kekayaan lokal yang kita miliki untuk masyarakat internasional," ujar Dina.
Indonesia, lanjut Dina, dituntut untuk mengeluarkan trend forecasting tersendiri yang bisa digunakan sebagai acuan para konsumen dan produsen di tingkat lokal maupun global.Atas dasar inilah, Asosiasi Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) bersama konsultan desain multidisiplin, didukung Kemenparekraf, meluncurkan sebuah riset trend forecasting.Hasil riset dari trend forecasting ini bisa menginspirasi para desainer lokal untuk merancang proyeksi produknya di tahun depan.
"Dari trend forecasting, para desainer bisa membaca pola pikir masyarakat di kota-kota besar seluruh dunia. Hal ini memudahkan banyak pihak, terutama produsen fesyen untuk memberikan sesuatu yang baru setiap tahunnya," imbuhnya.
Tak hanya merancang trend forecasting, Indonesia Fashion Week juga berupaya menyebarluaskan tren versi Indonesia ini ke para produsen fesyen. Sebagai department store terbesar dan mengusung hampir 95% brand lokal, Indonesia Fashion Week menggandeng Matahari Department Store untuk memberikan seminar Indonesia Trend Forecasting kepada para supplier lokal yang tergabung dalam Asosiasi Matahari's Supplier Club.
"Untuk mengusung tren lokal kepada dunia kita tidak bisa bekerja sendiri. Harus ada sinergi dari para produsen lokal untuk menghadapi pasar bebas dan serbuan brand asing. Dengan seminar ini kami bisa merumuskan bersama tentang acuan tren yang disepakati untuk diterapkan pada produk lalu dipasarkan di seluruh jaringan Matahari Department Store," papar wanita yang juga menjabat sebagai sekjen APPMI ini.
Dalam kesempatan yang sama, Yongki Komaladi selaku produsen produk sepatu lokal mengatakan bahwa sebelumnya para supplier lokal termasuk dirinya masih berjalan sendiri-sendiri untuk menentukan acuan tren yang akan diangkat. Tak jarang banyak yang mengacu pada tren global sehingga produk lokal sebagai follower seringkali menjadi kalah saing dengan produk asing.
"Indonesia ini potensinya besar sekali untuk jadi pusat tren, kenapa kita ga angkat budaya lokal dalam produk kita. Adanya acuan tren yang disepakati bersama para pelaku industri mode tanah air tentu bisa saja memengaruhi industri mode dunia. Kiblat mode mungkin masih terpengaruh dari tren luar tapi kita juga harus terapkan selera lokal," tutur Yongki.