Suara.com - Sebuah hasil survei terhadap perilaku remaja yang kerap menggunakan media jejaring sosial menemukan hal yang mengejutkan.
Meski faktanya kerap menjadi korban “bully” media online karena memajang atau mengirimkan materi pornografi dan hal lain yang berbau “sexting”, yang bisa mengakibatkan tindak kriminal, para remaja rupanya menganggap hal itu sesuatu yang normal.
Hasil survei yang dirilis dari LSM anti-bullying Ditch the Label mengungkapkan, pengiriman materi berbau porno dan “sexting” semakin meningkat diantara para remaja melaluii smartphone.
Perilaku itu ditemukan dari survei terhadap 2.732 orang, dengan umur antara 13 sampai 25 tahun yang dirilis Wireless Report.
Sekitar 62 persen remaja yang disurvei sebetulnya telah menjadi korban dari kebiasaan itu, sedangkan 37 persen lainnya sengaja bergoto bugil dan 24 sisanya bahkan sengja membagi-bagikan materi porno tentang dirinya.
Remaja perempuan lebih banyak yang berfoto bugil ketimbang remaja lelaki.
Menurut laporan itu, 49 persen remaja yang disurvei percaya kalau “sexting” menyerempet bahaya, tapi 16 persen menganggap hal itu adalah perilaku normal.
Salah seorang remaja asal Inggris, Chloe (17), yang nama aslinya disamarkan menceritakan, kalau dia sempat mengalami depresi setelah mengirimkan foto bugil dirinya kepada sang pacar. Depresi makin hebat muncul setelah sang pacar menguploadnya ke jejaring sosial.
Dia sempat di bully selama tiga tahun di sekolah. Chloe mengatakan kalau teman lelakinya itu berusaha meminta foto bugil dirinya selama empat bulan sampai akhirnya dia berhasil memperdayai Chloe.
Choloe memang tidak memikirkan akibatnya, tapi sempat menganggap komunikasi “sexting” sebagai hal yang biasa.