Suara.com - Suara yang ramah tapi tegas terdengar di ujung telepon, ketika saya menghubungi Sanny Djohan untuk janji bertemu dengan penggagas sekaligus pendiri majalah sains untuk anak-anak, Kuark ini.
Kehangatan itu berlanjut ketika saya menjumpai ibu dua anak itu di kantornya di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan keesokan harinya. Gengaman tangannya terasa begitu hangat Kantor yang menempati gedung tiga lantai ini terlihat sibuk. Di lantai satu bertumpuk majalah Kuark, sejumlah pekerja sedang menurunkan majalah itu dari mobil pengangkut.
Kami berbincang di lantai dua, di mana sejumlah anak muda tampak sibuk di depan komputer masing-masing. Anak muda inilah yang menjadi tim kreatif Kuark, majalah sains untuk anak-anak.
"Kami memang baru saja turun cetak, sehingga sedang banyak barang di bawah," ujar Rosalyna Wijaya, staf Kuark yang mendampingi Sanny.
Memasuki usianya yang ke-11 Kuark memang terus berkembang. Kini setiap bulan oplah Kuark mencapai 100.000 eksemplar. Meski demikian Sanny mengaku belum puas. Ia ingin Kuark, dibaca minimal 1 juta orang setiap bulannya.
Jika mimpi ini tercapai, maka ia yakin kualitas tenaga kerja Indonesia akan jauh lebih baik.
"Jika anak-anak Indonesia ngerti konsep sains dalam kehidupan sehari-hari, mereka akan berkembang dengan sendiri dan tahu apa yang akan dilakukannya," ujarnya.
Tapi ia mengakui tak mudah untuk mewujudkan mimpi itu. Bahkan ketika merintis Kuark sebelas tahun lalu, perempuan yang menghabiskan masa kecil di luar negeri ini harus tahan dengan berbagai pertanyaan yang muncul atau bahkan cemoohan.
Ya, Sanny merintis Kuark dati nol. Namun tekadnya sudah bulat ketika memilih meninggalkan zona nyaman di perusahaan milik ayahnya dan merintis Kuark.
Kuark didirikan sebagai bentuk keprihatinannya akan rendahnya penguasaan sains di kalangan siswa Indonesia. Semua ini berawal dari apa yang dialami putra Sanny yang mengikuti lomba sains.
"Ternyata ia tidak bisa berbuat banyak dalam kompetsisi itu, padahal ia sekolah di salah salah satu sekolah elit di Jakarta," ujarnya.
Kondisi ini membuat ibu dua anak ini galau. Ia tak hanya memindahkan anaknya dari sekolah elit di Jakarta itu ke sekolah internasional tetapi juga mendorongnya untuk melakukan sesuatu untuk mengatasi kondisi ini.
Setelah mendengar masukan dari banyak orang, akhirnya Sanny tersadar jika ingin melakukan, maka bidang itu adalah pendidikan. Dan dalam proses pencarian ini, Sanny mendengar kisah seorang pemuda asal Salatiga yang tidak memiliki gelar sarjana tetapi ketrampilannya telah diakui dunia. Hingga sejumlah perusahaan internasional macam Lockheed meminta laki-laki ini mendesain alat yang dibutuhkan.
"Banyak hal yang berkait dengan kehidupan kita sehari-hari yang tak bisa dilepaskan dari sains," ujarnya memberi alasan mengapa ia memilih sains dan bukan ilmu yang lain.
Dan pencarian itu akhirnya berujung pada lahirnya Kuark, majalah sains untuk murid sekolah dasar yang terbit setiap bulan sekali.
"Saya melihat pentingnya konsep sains dikenalkan sejak anak-anak tanpa harus menunggu mereka menjadi dewasa," ujarnya dalam perbincangan dengan suara.com.
Dengan mata menerawang, ia menyebutkan dari 27,5 juta murid Sd hanya 15 juta yang berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah. Jadi ada 12 juta anak yang putus sekolah.
"Banyak orang tahu 'buruknya' pendidikan di Indonesia, tapi tak banyak yang mau turun tangan untuk memperbaiki kondisi ini, karena mereka berpendapat ini tanggung jawab pemerintah," ujarnya menyesali.
Jika 12 juta anak ini, lanjutnya, mengenal konsep sains dengan benar, maka kita tidak perlu khawatir dengan masa depan mereka.
"Pemerintah tak perlu bingung menciptakan lapangan kerja untuk mereka karena mereka tahu apa yang harus dikerjakan dengan kondisi yang ditemukan di sekitarnya," ujarnya.
Sanny, mengakui tak mudah memang menjadikan sains menjadi sesuatu yang menyenangkan dan menarik minat anak-anak. Untuk itu tak hanya dibutuhkan penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga pemahaman tentang psikologi anak. Dibutuhkan orang-orang yang tepat untuk itu.
Beruntung, niat baik Sanny mendapat dukungan penuh dari keluarga dan suaminya. Dukungan juga datang dari berbagai pihak, termasuk Profesor Yohannes Surya, serta pakar psikologi anak Prof. Dr. Fawzia Aswin Hadis.
Olimpiade sains.
Untuk membuat sains menarik, maka dipilihlah bentuk majalah cerita bergambar alias komik. Ini untuk memvisualisasikan konsep sains sehingga lebih mudah dipahami anak-anak.
"Tujuan utama kami adalah membuat anak-anak memahami konsep sains. Dari sana kemudian anak-anak tergugah untuk ingin tahu lebih banyak lagi," ujarnya.
Kuark memang bukan buku wajib,tetapi lebih bersifat materi pengayaan kurikulum. Membaca Kuark, anak-anak tak hanya bisa mengenal lebih jauh tentang ilmu pengetahuan, tetapi juga mendorong mereka untuk tahu lebih banyak.
Tak hanya menerbitkan majalah sains, Sanny juga aktif mendorong minat membaca. Ia tak segan untuk berkeliling ke seluruh wilayah tanah air untuk mengenalkan Kuark dan mendorong anak-anak untuk membaca Kuark. PT Kuark Internasional menggelar Olimpiade sains yang digelar setiap tahun. Pesertanya tak dibatasi, semua anak dari seluruh tanah air bisa mengikuti kompetisi ini. Mereka bisa mendaftar atas nama pribadi.
"Ini sebagai alat untuk mengukur sejauh mana keberhasilan yang kmai capai," terang perempuan yang punya prinsip untuk membagi keberuntungan yang diraih dengan orang lain ini.
Meski tak disediakan hadiah dalam bentuk materi, olimpiade ini tetap menarik minat peserta. Setiap tahun tak kurang 11.000 anak mengikuti kompetisi ini. Dan banyak kisah menarik di penyelanggaraan Olimpiade ini.Ia mengisahkan bagaimana antusiasnya peserta yang datang dari daerah terpencil untuk mengikuti lomba yang digelar di seluruh tanah air ini. Ada peserta, ujarnya, yang datang ke lokasi lomba dengan berperahu selama beberapa jam dan diantar semua anggota keluarganya.
"Banyak pemenang justru datang dari luar Jakarta, atau bahkan dari luar Jawa," ujarnya sambil menambahkan ini menunjukkan bahwa jika diberi kesempatan anak-anak di daerah tak kalah dibanding anak Jakarta.
Ia menambahkan, kompetisi ini tak hanya mengedepankan kemenangan tetapi lebih untuk menumbuhkan kepercayaan diri pada seluruh anak di Indonesia.
"Bahkan dengan mengikuti kompetisi ini, sudah menumbuhkan rasa percaya diri pada anak," ujar Lina menimpali. Jadi bersama Kuark, Sanny ingin membukakan sayap bagi anak-anak di seluruh tanah air untuk mengecap dunia yang lebih baik.