Suara.com - Ternyata, tidak ada yang namanya vaginal orgasm (orgasme vagina) maupun juga clitoral orgasm (orgasme klitoris), dan G-spot itu hanyalah mitos belaka. Setidaknya, itulah salah satu kesimpulan utama dari sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh sekelompok peneliti.
Sebagaimana ditulis situs Metro.co.uk, Rabu (8/10/2014), para peneliti yang memublikasikan hasil risetnya di jurnal Clinical Anatomy terbaru itu lebih memilih memakai istilah "orgasme perempuan" saja. Pasalnya, menurut studi mereka, rata-rata perempuan justru tidak mengalami orgasme saat menjalani penetrasi dalam hubungan seksnya.
Secara sederhana, hasil studi ini berarti bahwa tidak ada bagian dari "wilayah sensitif" perempuan yang benar-benar terstimulasi secara efektif. Termasuk di dalamnya adalah klitoris, bagian vestibular bulb di kedua sisi samping vagina, begitu juga jaringan yang menghubungkan kedua bagian itu.
Kendati penelitian ini menyimpulkan tidak mungkin ada yang namanya clitoral orgasm, tetap saja disebutkan bahwa klitoris merupakan kunci bagi organ intim lainnya pada perempuan. Hal itu karena klitoris pada dasarnya terbuat dari material yang sama dengan penis lelaki, serta bahwa bagian itu merupakan zona paling sensitif di tubuh perempuan.
"(Namun) Ejakulasi pada lelaki tidak secara otomatis berarti akhir dari hubungan seks pada perempuan," ungkap seksolog Dr Vincenzo Puppo, peneliti utama pada riset ini yang berasal dari Italian Centre for Sexology.
"Sentuhan dan ciuman masih bisa diteruskan dalam waktu hampir tak terbatas, dan aksi seksual tanpa penetrasi setelah ejakulasi lelaki bisa digunakan untuk menghasilkan orgasme pada perempuan," sambungnya, dalam hasil penelitian yang antara lain juga mencatatkan nama Guilia Puppo itu.
Sebagaimana dikutip New Scientist pula, penelitian ini menyimpulkan bahwa anatomi tubuh perempuan pada dasarnya memang tidak mendukung apa yang selama ini dikenal dengan vaginal orgasm dan G-spot. Kesimpulan lainnya adalah bahwa bagi perempuan, sebenarnya hanya stimulasi langsung pada klitoris yang bisa menjadi jalan mencapai klimaks.
Adapun terkait G-spot sendiri, sebenarnya sudah cukup lama menjadi perdebatan, di mana telah cukup lama pula ilmuwan membantah keberadaannya secara nyata. Seperti antara lain dikutip situs CBS pada 2012 lalu, sebuah studi dari Dr Amichai Kilchevsky di Yale-New Haven Hospital, Connecticut, telah menegaskan soal itu.
"Tak diragukan lagi, sebuah entitas anatomi 'tak jelas' yang disebut G-spot itu (sebenarnya) tidak ada," tulisnya dalam laporan risetnya yang saat itu dipublikasikan di Journal of Sexual Medicine. [Metro/New Scientist/CBS]