Sakit Parah, Perempuan Ini Memilih Meninggal dengan Penuh Harga Diri

Esti Utami Suara.Com
Rabu, 08 Oktober 2014 | 18:08 WIB
Sakit Parah, Perempuan Ini Memilih Meninggal dengan Penuh Harga Diri
Brittany Maynard perempuan pemberani itu. (people.com/courtesy Dan Diaz)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Setelah menjajagi semua opsi yang mungkin dilakukan, Maynard yang saat itu tinggal di San Francisco, AS memutuskan 'pengobatan' untuk mematikan adalah opsi terbaiknya. Awal tahun ini juga, seluruh keluarga Maynard tinggal bersamanya di Portland, negara bagian Oregon demi memberi dukungan bagi Maynard untuk merealisasikan keputusannya.

Kampanye
Sejak 1997, negara bagian Oregon memang telah mengesahkan undang-undang Death with Dignity Act. Dan sejak saat itu tercatat 752 orang memanfaatkan undang-undang itu.  Pada pertengahan Oktober ini, rekaman kesaksian Maynard berdurasi enam menit yang juga berisi wawancara dengan ibunda Maynard, Debbie Ziegler, dan suaminya Dan Diaz ini akan diputar di depan DPR negara bagian  California. Dan pada saatnya rekaman ini akan diputar di depan para pemilih.

"Sekarang, ini adalah pilihan yang hanya tersedia untuk beberapa orang Amerika, semua yang benar-benar tidak etis," katanya.

Maynard mengatakan keluarganya telah banyak berkorban agar dia mendapatkan akses hukum untuk "mati secara bermartabat". Mulai pindah  tempat tinggal hingga membentuk tim dokter yang mau melakukan treatment ini.

"Ada banyak warga Amerika yang tidak memiliki cukup waktu ataupun uang untuk itu dan saya berpikir ini bukan cara yang adil," tegasnya.

Ini alasan yang mendorongnya untuk menggunakan sisa waktunya untuk melakukan advokasi, agar orang-orang bisa melakukan hal yang sama.

"Saya percaya pilihan ini etis, dan yang membuatnya etis karena ini adalah pilihan. Pasien dapat mengubah pikiran mereka sampai ke menit-menit terakhir. Aku merasa sangat dilindungi di Oregon," ujarnya.

Sampai saat ini ia belum goyah, walaupun ia masih ingin merayakan ulang tahun suaminya pada 30 Oktober mendatang. Aku, ujarnya, makin banyak berurusan dengan kejang dan sederet rasa sakit lainnya.

"Saya masih keluar dan berjalan-jalan dengan keluarga saya sehari-hari.  Saya mencoba untuk tidak memegang anjing lagi Karena beberapa minggu lalu aku jatuh beberapa kali," paparnya.

Ia dirawat di rumah sakit, dua pekan lalu setelah dua kali mengalami kejang. Setelah itu ia tak mampu berbicara selama beberapa jam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI