Baru setelah usianya menginjak 17 tahun, Arnold yang kini tengah mempersiapkan restoran barunya ini, lantas pindah ke sebuah restoran milik celebrity chef di Australia.
Di situlah, Arnold terus mengasah ketrampilan memasaknya. Selain menimba ilmu pada sang chef yang menjadi bosnya, Arnold juga banyak belajar memasak dari sang ibu. Ia mengaku tidak pernah belajar memasak secara formal.
"Secara keseluruhan saya lebih banyak belajar secara otodidak," ujarnya.
Ia menuturkan terlahir di keluarga yang suka memasak, juga menjadi keuntungan tersendiri. Ia jadi sering mencoba makanan dan dari situ lantas timbul keinginannya untuk mencoba sendiri masakan itu atau malah membuat kreasi baru dari makanan itu. Selain sang ibu, dua saudara Arnold lainnya juga menekuni dunia masak memasak. Genap sudah.
Dan ketika kembali ke Indonesia, pada 2010-an Arnold kemudian bekerja di Nest Grill, salah satu restoran papan atas di Jakarta. Dan kini Arnold, yang mengaku banyak terinspirasi oleh Grant Achatz, cheff terkenal dari AS yang meski terkena kanker lidah masih gigih mengasah kemampuannya untuk memasak, makin bulat untuk menekuni dunia masak.
Sukses
Meski diakuinya, profesi chef di Indonesia belum mendapat perlakuan seperti di banyak negara lain tapi ia optimis situasi ini akan berubah.
"Tapi saya optimis akan terus membaik. Dan ini sudah terlihat dalam 6-8 tahun terakhir," ujar Arnold tentang profesi yang ditekuninya.
Menurutnya dunia kuliner adalah sesuatu yang tak pernah berhenti. Dan di tengah masyarakat yang terus berkembang, para chef dituntut untuk terus meningkatkan kemampuannya. Itu sebabnya, Arnold mengaku tidak pernah puas dengan apa yang diraihnya dan ingin selalu mencoba sesuatu yang baru.
Meski namanya makin banyak dikenal orang, Arnold mengaku belum bisa disebut sukses. Bahkan ia tak bisa menjawab ketika ditanya tentang apa rumusan apa itu sukses.