Suara.com - "Sekolah saja dulu. Percayalah jika sudah bisa memasak, ketrampilan itu pasti tak akan hilang!" Itulah nasehat chef Arnold Purnomo, untuk para remaja yang ingin menekuni dunia masak-memasak.
Bisa jadi itu adalah pelampiasan laki-laki yang baru saja merayakan ulang tahunny yang ke-26 ini. Dalam perbincangannya dengan suara.com beberapa waktu lalu, Arnold mengakui sebelum bulat menekuni dunia kuliner, ia pernah menyimpan rasa cemburu pada teman-temannya yang bisa lebih leluasa menuntut ilmu.
"Saya juga menyimpan keinginan untuk kuliah ekonomi di UNSW seperti teman-teman lainnya. Tapi keluarga saya pindah ke Sidney dalam kondisi bangkrut. Sehingga untuk menambah uang saku saya harus bekerja di restoran," ujarnya.
Ya, meski terlahir di keluarga yang menekuni bisnis restoran, dunia olah masakan memang bukan pilihan pertama laki-laki kelahiran Surabaya, 18 Agustus 1988 ini.
Ia pernah menyimpan keinginan untuk menjadi ekonom seperti teman-temannya. Tapi kini ia telah bulat untuk menekuni profesi yang satu ini, dan mengaku tak pernah menyesal dengan pilihannya.
Arnold mengakui profesi chef kini makin diminati di Jakarta. Ini tentu tak lepas dari berbagai reality show yang mengangkat dunia kuliner. Juga ketrampilan memasak sebagai ajang yang diperlombakan.
Arnold yang kini didapuk menjadi juri di acara Master Chef yang disiarkan sebuah stasiun televisi swasta ini mulai bekerja mencari uang pada usia 14 tahun di sebuah restoran di Sidney, Australia.
Saat masih duduk di bangku SMP, Arnold remaja bekerja di sebuah kafe, tak jauh dari rumahnya setiap pulang sekolah. Tugasnya termasuk pekerjaan mendasar, yakni cuci piring, bersih-bersih dan kadang membantu persiapan makanan.
Ketika itu Arnold masih di bawah umur, dan menurut Undang-undang Australia di tidak diijinkan bekerja. Untuk mendapatkan ijin itu ia nekad 'memalsukan' ijin dari orang tuanya.
"Suratnya saya tulis sendiri dan saya tanda-tangani sendiri," ujarnya sambil tergelak.