Hingga sekarang, anggotanya pun sudah mencapai lebih dari 10.000 dan sudah memiliki lebih dari 30 regional (group per daerah).
Kegiatan yang dilakukan oleh Peri Kertas terbagi menjadi kegiatan online dan kegiatan offline. Untuk online, Peri Kertas menjadikan forum di website maupun Facebook sebagai wadah bertukar informasi, sharing tips, pamer hasil karya, hingga belajar papercraft walaupun jarak terpisah jauh.
Sedangkan untuk kegiatan offline, Peri Kertas banyak melakukan kegiatan seperti pameran, workshop di sekolah, charity event, dan kumpul bersama komunitas untuk merakit bersama.
"Kesulitan terbesarnya adalah ketika menginformasikan kepada masyarakat bahwa kertas bukan hanya dapat dipakai untuk menulis dan menggambar. Kertas dapat dipakai untuk membentuk sebuah figur yang cukup unik," ujar Rauf.
Biasanya, papercraft dibentuk menjadi beragam hal, mulai dari bangunan, karakter film, tokoh game, kendaraan, bahkan model-model lain yang unik seperti gerobak bakso maupun meteran listrik.
Tantangan lainnya, lanjut Rauf, adalah untuk memberitahukan fungsi dari papercraft yang beragam. Misalnya dapat menjadi koleksi, kado yang unik untuk orang lain, kenang-kenangan, bahkan model acuan seperti maket.
Hasil-hasil karya dari para anggota komunitas, selain di pamerkan, juga bisa menghasilkan uang yang tak sedikit.
Hasil karya dari papercraft yang dijual terbagi menjadi 3 jenis, yaitu desain papercraft, hasil rakit, dan gabungan antara keduanya.
"Untuk penjualan, tergantung dari kompleksitas dan ukuran hasilnya. Mulai dari harga seratus ribu hingga puluhan juta rupiah," ujar Rauf.
Rauf berharap, dengan adanya Peri Kertas, papercraft di Indonesia dapat semakin terkenal dan meningkatkan penghargaan kepada para pekerja seni yanh membentuk kertas-kertas ini.