Melindungi Anak dari 'Neraka' Perceraian

Esti Utami Suara.Com
Senin, 29 September 2014 | 19:27 WIB
Melindungi Anak dari 'Neraka' Perceraian
Ilustrasi dampak perceraian dirasakan semua anggota keluarga (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mungkin tak ada orang yang ingin perkawinannya kandas. Namun kadang perpisahan tak bisa dihindarkan. Dan jika jalan keputusan untuk berpisah harus diambil, maka akan banyak yang terpengaruh dengan perpisahan ini.

Tak hanya orang tua yang berpisah, dampak perceraian juga akan dirasakan anak-anak. Bahkan mereka disebut akan lebih menderita, sehingga banyak pihak yang menyebut perceraian sebagai neraka bagi semua pihak.

Lalu adakah cara untuk melewati perceraian tanpa menyakiti perasaan si buah hati? Kepada Huffington Post, Soila Sindiyo, seorang terapis trauma anak mengingatkan satu hal yang penting sebelum melangkah ke anak, adalah menguatkan ibu yang akan bercerai.

Ia menyarankan, seorang perempuan yang sedang menjalani proses perceraian untuk tidak berpergian sendirian. Dengan adanya pendamping akan membuatnya lebih aman, dan pada akhirnya bisa membuatnya lebih fokus pada keinginan dan kebutuhan anak-anak.

Bagi mereka, keberadaan Anda sebagai orang tua sangat penting di masa-masa sulit seperti ini.  Lalu bagaimana cara untuk membantu anak mengatasi perubahan permanen dalam hidup mereka? Soila mengatakan, "Jaga anak dalam pikiran Anda dan ingatlah masa-masa ketika anak Anda masih balita."

Ketika proses perceraian terjadi, tentu Anda akan berusaha membawa anak-anak Anda ke kondisi yang aman agar mereka tidak tersakiti. Berikut cara-cara yang bisa Anda terapkan untuk itu:

1. Tidak melakukan tindakan kekerasan kepada pasangan di depan anak Anda.

2. Menggunakan mediator atau pihak ketiga untuk berkomunikasi dalam periode transisi dengan mantan pasangan Anda. Dengan cara ini, Anda tidak perlu berbicara maupun bertatap mata secara langsung dengan mantan pasangan untuk meminimalisir hal-hal buruk yang akan terjadi.

3. Tidak menjadikan anak-anak Anda sebagai mediator, utusan atau penasihat dari masalah rumah tangga ini.

4. Ingatlah bahwa mantan pasangan Anda adalah orang tua dari anak Anda juga sehingga tidak perlu menjelek-jelekkan dirinya di depan anak Anda. Hal ini tentu akan mengundang penilaian negatif dari anak Anda.

5. Terkait dengan poin nomer empat, anak Anda memiliki keluarga dari mantan pasangan Anda yakni kakek-nenek, sepupu yang hubungannya  harus tetap berlanjut apapun kondisinya.

Pada akhirnya, menjaga anak Anda dalam pikiran akan membantu mengatasi begitu banyak luka dan rasa sakit yang mungkin dirasakan saat ini dan di masa yang akan datang. Memang perceraian bukan hal mudah untuk mereka lalui, namun semua ini akan berakhir bahagia jika Anda tepat menanganinya. (Huffington Post)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI