Menyatukan Bunyi Bersama "Passare Ensemble"

Esti Utami Suara.Com
Senin, 29 September 2014 | 08:02 WIB
Menyatukan Bunyi Bersama "Passare Ensemble"
Penampilan Passare Ensemble di Galeri Indonesia Kaya, Minggu (28/9/2014). (Dok. Galeri Indonesia Kaya)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - ......eee.....eeeeee.......taranta'jo... taranta'jo...!!

Kalimat ini merupakan penggalan kata yang terucap dalam pertunjukan musik kesenian Sulawesi Selatan yang dibawakan oleh Passare Ensemble di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Minggu (28/9/2014).

Sore itu, selama satu jam, para pemusik  yang tergabung dalam Passare Ensemble itu menyatukan bunyi dan mempersembahkan sebuah penampilan yang epic dan unik dalam "Appasse’re Sa’ra".

Filosofi dan kreativitas yang ditawarkan oleh Passare Ensemble, itu mampu memukau pengunjung yang memadati Galeri Indonesia Kaya sore itu.

Appasse’re sa’ra merupakan wujud dari pendalaman tentang keterikatan alam semesta, Tuhan dan manusia dalam sebuah ruang kehidupan, yang diaplikasikan dalam penyatuan bunyi. Di "Appasse’re sa’ra" mengandung beberapa kedalaman makna yaitu, “Appa” dalam bahasa Bugis Makassar “sulappa appa” yang artinya empat penjuru.

Empat penjuru diartikan sebagai sisi di dalam sebuah ruang, dapat juga berarti empat unsur yang ada di alam semesta yaitu, air, tanah, api dan udara. Kemudian “Se’re” adalah satu atau esa, merupakan symbol dari keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa. “Sa’ra”, yang berarti bunyi.

Appasse’re Sa’ra (menyatukan bunyi) adalah penyatuan bunyi secara menyeluruh dalam ruang kehidupan, yang memiliki dasar keyakinan yang kuat menuju keikhlasan.

Appasse're Sa'ra  mengangkat sebuah komposisi musik dengan latar belakang musik prosesi ritual Appassili/penyucian benda-benda sejarah di Istana Kerajaan Gowa dan Appassili/siraman dalam prosesi hajatan masyarakat Gowa menjelang aqil baliq. Tuturan Pangrita/penghulu adat sebagai pengantar, dan beberapa bagian motif iringan Pakarena Samboritta menyatukan komposisi itu.

Seluruh media pendukung dalam karya ini menjadi sumber bunyi dalam yang berlangsung selama hampir satu jam. Passare Ensemble yang membawakan alat-alat musik seperti parappasa, gendang, suling, puik-puik, gong, kecaping, gayung batok, gitar, dan dulang.

“Keinginan kami untuk terus mengembangkan kesenian Indonesia khususnya yang berasal dari Sulawesi Selatan yang mungkin jarang dilihat oleh masyarakat khususnya di ibukota. Semoga pertunjukan ini mampu  mengenalkan seni budaya dari Sulawesi Selatan dan dapat menghibur para penonton,” ujar A. Sulthan Ngirate, ketua Passare Ensemble sebagaimana dikutip dalam siaran pers yang diterima suara.com.

Komunitas Passare Ensemble berdiri pada tahun 2012, dan antara lain digagas oleh Sultan Ngirate, Dimas Bayu & Didit Alamsyah yang mempunyai keinginan untuk mengembangkan kesenian musik Sulawesi Selatan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI