Suara.com - Banyak orang mengenal Tari Saman dari Gayo Lues, Aceh sebagai tari yang "luar biasa". Menurut budayawan asal Gayo Lues Buniyamin Tari Saman memang memiliki keunikan tersendiri dan tidak bisa dijumpai pada tarian-tarian tradisional Aceh lainnya.
Gerakan-gerakan badan penari pria dengan variasi tangan yang ditepuk ke dada, paha dan tanah dengan begitu cepat, sehingga menjadi sebuah atraksi yang sangat dinamis dan penuh kekuatan. Gerakan saman melambangkan alam, lingkungan dan kehidupan sehari-hari dari masyarakat Gayo.
"Gerakan-gerakan seperti itulah yang merupakan keunikan yang ada pada Tari Saman, sehingga siapa saja yang menyaksikannya akan terpesona dan kagum," kata Buniyamin. Yang lebih unik, ketika Tari Saman ditarikan bukan oleh orang Gayo, akan terlihat perbedaannya.
"Jadi, pada Tari Saman ini ada gerakan-gerakan khusus yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain selain dari suku Gayo. Inilah yang menjadi keunikan dari tarian ini," kata penulis buku ""Pilar-pilar Kebudayaan Gayo Lues".
Oleh karenanya, hampir semua orang Gayo bisa menampilkan tarian ini, meskipun tidak perlu latihan, karena memang sudah mendarah daging bagi mereka. Sehingga menurut dia, atas dasar itulah Badan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (Unesco) menjadikan Tari Saman sebagai warisan dunia tak benda.
Sehubungan dengan itu, Unesco melalui Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti menyerahkan sertifikat Tari Saman itu kepada Pemerintah Provinsi Aceh yang diterima oleh Gubernur Zaini Abdullah di Anjongan Aceh, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Kamis (24/9/2014).
Gubernur Zaini Abdullah mengatakan, masyarakat Aceh sangat bangga dengan pengakuan dunia terhadap Tari Saman. Apalagi setelah penetatapan oleh Unesco tersebut, Saman kini tidak hanya dipelajari di dalam negeri saja, tapi juga dipertunjukkan di luar negeri.
"Kami sebagai orang Aceh sangat bangga, dan akan terus memeliharanya," kata Gubernur.
Ia mengatakan, pengakuan Tari Saman menjadikan pemicu untuk lebih mencintai dan melestarikan budaya.
"Pengakuan ini membanggakan kita semua sekaligus agar lebih peduli pada budaya lokal jadi tidak khawatir seni budaya kita diklaim negara lain," kata Zaini.
Warisan dunia.
Media dakwah Tari Saman sudah ditetapkan dan diakui Unesco sebagai warisan budaya dunia tak benda sejak 24 November 2011 dengan kriteria warisan budaya yang memerlukan perlindungan mendesak.
Tari saman merupakan warisan budaya masyarakat Gayo yang dikembangkan oleh Syech Saman, seorang ulama yang menyebarkan Islam ke dataran tinggi Gayo tersebut dan berisi tentang pesan-pesan moral serta agama. Merujuk catatan sejarah, Tari Saman sudah berkembang sejak abad ke-13.
Buniyamin menyatakan, melalui tarian itu Syech Saman menyampaikan syiar Islam. Awalnya tarian ini merupakan permainan rakyat yang bernama Pok Ane. Syeh Saman kemudian menambah syair-syair religi yang berisi pujian kepada Allah SWT. Syair-syair itu diiringi dengan kombinasi tepukan tangan para penari.
Tari Saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik, akan tetapi menggunakan suara yang dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syech.
"Filosofinya banyak. Ya, sebagai media pendidikan, keagamaan, adab kesopanan, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan. Sebagai media pendidikan, terlihat dari syair-syair yang Islami," kata seniman Aceh, Nasiruddin LK Ara.
Setelah adanya pengakuan Unesco, Pemerintah Indonesia khususnya Aceh tidak perlu lagi kuatir kalau Saman diklaim negara lain.
"Kalaupun tarian ini berkembang hingga ke penjuru dunia, semua orang tahu kalau Saman berasal dari Tanah Gayo, Aceh, Indonesia," ujarnya.
Sementara Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti menyarankan agar tanggal 24 November ditetapkan sebagai Hari Saman. "Pada 24 November 2014, Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten Gayo Lues akan menggelar Tari Saman massal yang dimainkan oleh lebih 5.000 penari di Gayo Lues," katanya. (Antara)