Suara.com - Survei yang dilakukan perusahaan asuransi, reksa dana, dan manajemen aset, Manulife Indonesia, menemukan adanya tren optimisme semu investor Indonesia terhadap masa pensiun. Pasalnya keyakinan hidup sejahtera saat pensiun tidak dibarengi dengan kemauan berinvestasi.
"Investor Indonesia menunjukkan optimisme tinggi jika ditanya tentang rencana pensiun. Namun, hanya kurang dari setengah jumlah responden yang menyatakan sudah mulai merencanakan masa pensiun," kata Chief of Employee Benefits PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Nur Hasan Kurniawan di Jakarta, Kamis (25/9/2014).
Manulife melalui "Manulife Investor Sentiment Index (MISI)" melakukan suvei wawancara tatap muka terhadap 500 responden yang merupakan investor kelas menengah hingga atas. Survei dilakukan pada Kuartal II (April--Juni) 2014.
Hasan memperkirakan tren optimisme yang tidak mendasar ini bakal terus terjadi jika tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia tidak ditingkatkan. Upaya meningkatkan tingkat literasi keuangan, kata dia, dapat menggerakkan masyarakat mengenali produk-produk investasi yang benar-benar memberikan imbal hasil untuk jangka panjang.
Hasan menyebutkan, berdasarkan survei Manulife, lebih dari 150 investor atau 30 persen responden mengaku optimistis dapat mempertahankan gaya hidup saat ini, ketika memasuki usia pensiun.
Bahkan, ujar Hasan, 97 persen investor meyakini akan memiliki penghasilan setelah pensiun dengan nilai setara 84 persen dari penghasilan mereka saat ini. Sayangnya, kata Hasan, keyakinan tersebut tidak didukung aksi nyata.
"Baru 43 persen responden yang sudah menyiapkan masa pensiunnya," ujar dia.
Di samping itu, kata Hasan, optimisme terhadap masa pensiun juga tidak disertai dengan cara investasi yang tepat. Ia menyebutkan sebanyak 34 persen investor menyimpan dana masa depan mereka dalam bentuk tabungan dan deposito perbankan yang memberikan imbal hasil relatif kecil.
Jika melihat temuan Manulife, mayoritas investor berharap tabungan saat mereka bekerja dapat menyumbang 26 persen pengeluaran mereka saat pensiun. Hal itu, lanjut dia, berarti para investor berharap mendapat imbal hasil yang tinggi dan berjangka panjang dari investasi mereka saat ini.
"Padahal, tabungan yang direncanakan bisa jadi tergerus laju inflasi," kata Hasan.
Investor juga masih berharap dapat memiliki pekerjaan baru saat pensiun. Dari pekerjaan tersebut, investor memperkirakan mendapat kontribusi anggaran 18 persen untuk masa pensiun. Selain itu, investor juga berharap warisan setidaknya dapat membantu 10 persen pengeluaran mereka saat masa pensiun.
"Padahal, jika melihat umur pensiun yang rata-rata 56 tahun, mencari kerja pada usia tua bukanlah hal mudah karena pertimbangan kesehatan dan kondisi industri yang berubah. Untuk bergantung pada warisan pun, bukanlah yang tepat karena unsur ketidakpastian," ujar dia.
Dari survei tersebut, ditemukan pula hanya 22 persen investor Indonesia yang mengikuti program pensiun yang diwajibkan pemerintah. (Antara)