Amankah Terapi Estrogen Untuk Atasi Gejala Perimenopause?

Esti Utami Suara.Com
Rabu, 10 September 2014 | 02:00 WIB
Amankah Terapi Estrogen Untuk Atasi Gejala Perimenopause?
Ilustrasi. (Sumber: Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak perempuan yang tak menyadari ketika mengalami gejala menopause atau perimenopause. Gejala ini rata-rata berlangsung selama empat tahun sebelum seorang perempuan berhenti haid atau menopause. Salah satu pertanda itu adalah migrain atau depresi.

Lalu bagaimana mengatasinya? Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada baiknya kita mengetahui apa itu migrain.
Migrain adalah gangguan sel-sel saraf otak dan reseptor, sehingga tidak dapat berfungsi secara optimal yang buntutnya menyebabkan peningkatan kepekaan terhadap cahaya dan suara.

Namun ketika membahas pengobatan migrain yang berhubungan dengan hormon, ada beberapa ketidaksepakatan di antara spesialis.

"Ketika bukti jelas menunjukkan perempuan mengalami migrain yang berhubungan dengan hormon, misalnya selama perimenopause atau pada awal setiap periode, gel estrogen yang menstabilkan kadar estrogen dapat diresepkan oleh dokter," kata Profesor John Studd, mantan konsultan ginekolog dari Rumah Sakit Chelsea and Westminster, London Barat.

Menurutnya pemberian gel estrogen hampir selalu mampu menghentikan migrain. Sayang tak banyak perempuan yang mendapat pengobatan seperti ini. Sebagai gantinya dokter sering mencoba obat anti-migrain.

"Mereka tidak selalu menyadari migrain terkait dengan hormon, sehingga banyak perempuan yang menderita tanpa pengobatanyang tepat," tambahnya.  "

Namun, Dr Nick Silver, seorang ahli saraf dari Walton Centre NHS Foundation Trust tidak setuju dan percaya terapi hormon biasanya harus menjadi pilihan terakhir. Ia  mengatakan kadang-kadang terapi hormon berisiko dan memiliki efek samping.

Ia menjelaskan gaya hidup dapat mengobati migrain, ini termasuk minum lebih banyak air, makan secara teratur, tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari, menghindari kafein (kopi, teh, teh hijau, cola dan cokelat) dan penggunaan rutin obat penghilang rasa sakit.

Jika ini tidak membantu, pilihan berikutnya adalah obat-obatan seperti candesartan, propranalol atau topiramate yang juga digunakan untuk mengobati epilepsi dan tekanan darah tinggi atau anti-depresan.

"Ketika tidak ada dari tindakan ini bekerja kita dapat melihat terapi hormon, biasanya HRT patch dosis rendah," kata Dr Silver.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI