Suara.com - August First, sebuah kafe penjual roti di Vermont, Amerika Serikat, melarang pengunjungnya memakai laptop dan komputer tablet. Menurut pemiliknya, mereka yang membawa laptop menghabiskan banyak waktu di kafe mereka namun hanya membeli sedikit makanan dan minuman.
Namun, lebih dari itu, Jodi Whalen dan Phil Merrick, dua pemilik August First, menginginkan kembalinya suasana yang dulu, jauh sebelum ada jaringan Wi-Fi, kembali hadir di kafe mereka.
Sejak jaringan internet merajalela, para pengunjung hanya sibuk dengan perangkat mereka masing-masing. Kini, dengan mencopot jaringan Wi-Fi, mereka berharap suasana kafe menjadi lebih hangat, di mana pengunjung bisa saling bertegur sapa dan mengobrol.
"Ketika kami memimpikan seperti apa jadinya August First, akankah tempat ini diisi tujuh orang yang sibuk memelototi layar? Ataukah menjadi tempat di mana orang datang untuk melihat orang lain, bercakap-cakap, tertawa?" kata mereka.
Whalen mengaku khawatir bahwa pelarangan tersebut akan membuat mereka rugi. Namun, setelah dipikir masak-masak, tanpa pengunjung yang menggunakan laptop dan tablet, pemasukannya justru meningkat.
Kendati demikian, tak semua orang senang dengan kebijakan baru tersebut. Ada netizen yang menyamakan larangan tersebut akan membuat August First menjadi seperti pesawat saja, di mana orang tak boleh terhubung dengan jaringan komunikasi.
Beda lagi dengan netizen lainnya. Seorang pengguna situs Yelp justru mendukung kebijakan baru itu. Dia merasa bahwa kunjungannya ke kafe adalah bagian dari liburan, dan tidak ingin dikelilingi oleh laptop dan sebagainya sehingga bisa lebih santai.
Kedai Starbucks, khususnya yang ada di New York, AS, pernah melakukan kebijakan ini. Mereka menyediakan lounge khusus untuk para pengguna laptop. Pernah pula mereka menutup lubang stop kontak listrik. Namun, mereka tak tahan karena jadi sepi pengunjung dan akhirnya kembali membiarkan para pengguna laptop yang hanya pesan segelas lalu "nongkrong" berjam-jam menjamur di kafe mereka. (Cnet)