Suara.com - Kangen nongkrong di warung kopi dengan ditemani segelas kopi dan pisang goreng atau tape goreng 'rumahan' yang hangat? Sensasi itu dapat Anda nikati di Warung Tinggi. Tapi warung yang satu ini bukan warung kopi biasa, tempatnya saja berada di salah satu pusat perbelanjaan terkemuka di Jakarta, Grand Indonesia.
Nongkrong di sini, Anda akan disambut suasananya yang modern lagi cozy. Elemen kayu dengan beberapa foto 'Warung Tinggi' masa lalu menghiasi dinding. Masa lalu? Ya masa lalu, karena Warung Tinggi ini sebenarnya duplikat dari Warung Tinggi yang berada di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Tempat nongkrong ini sudah ada sejak tahun 1878, awalnya bernama Moolen Vhiet Oost.
Kala itu, warung ini hanya menjual makanan dan beberapa peralatan rumah tangga. Warung kopi baru muncul belakang, ketika sang pemilik, Tek Soen Ho mulai jatuh hati pada kopi. Ho kemudian memfokuskan warungnya untuk menjual beragam kopi dan makanan tradisional Indonesia.
Jejak-jejak masa lalu Warung Tinggi, selain hadir dalam foto juga diabadikan dengan tulisan “Tek Soen Hoo Eerste weltevredensche koffiebranderij” besar-besar di atas kasir.
Secara harafiah, arti tulisan itu adalah toko Tek Soen Ho, yang juga sebagai perusahaan pemanggangan kopi pertama di Weltevreden (daerah Kota). Tulisan ini seolah pengingat dari para pengunjung Warung Tinggi. Karena untuk memesan makanan, pengunjung harus ke kasir, memilih menu yang ada baru kembali ke tempat duduk menunggu pesanannya diantarkan.
Bar martabak, yang terletak di pojok kanan Warung Tinggi juga mampu mencuri perhatian pengunjung, dengan beberapa kokinya yang sibuk membuat martabak pesanan. Siapapun bisa melihat pesanannya sedang dimasak di bar martabak ini.
Lalu apa menu yang ditawarkan di Warung Tinggi? Beragam kue tradisional tempo dulu, macam tape goreng, pisang goreng, martabak manis, martabak telur, dan yang menjadi favorit adalah kue cubit setengah matang.
"Konsep makanan tradisional dipakai karena kami ingin berikan nuansa berbeda dari coffee shop lain, yang biasanya memiliki pendamping makanan atau pastry dari luar," ujar Tito Lahat, Outlet Manager Warung Tinggi.
Tito melanjutkan, makanan tradisional dipilih juga untuk mengingatkan kembali kenangan masa lalu, tentang makanan yang makin jarang ditemukan. Tak afdol rasanya, nongkrong di Warung Tinggi, tanpa mencicipi kopinya. berbagai kopi Indonesia tersedia di sini, seperti kopi luwak, kopi tubruk, kopi peranakan, kopi robusta, hingga kopi arabica. SEdangkan yang terbiasa kopi ala barat, tersedia capuccino, expresso atau latte.
Tapi sstt, ada menu khusus yang hanya ada di Warung Tinggi. "Itu adalah minuman bernama klapertaart," ujar Tito.
Di sela perbincangan ini, pesanan kami datang. Berupa segelas kopi peranakan dengan lima potong kue cubit setengha matang. Rasanya, begitu pas untuk menikmati sore itu. Warnanya yang kecoklatan dan aromanya yang harum membuat saya ingin segera mencicipinya.
Di seruputan pertama, saya merasakan paduan unik kombinasi kuat dari kopi dan susu kental manis. Saya menyelinginya dengan menyantap kue cubit setengah matang yang masih hangat. Rasa manis dan teksturnya yang lembut langsung lumer saat menyentuh lidah. Sungguh perpaduan yang pas untuk menikmati kopi.
Jika Anda ingim makan lebih berat, Warung Tinggi juga menyediakan makanan tradisional khas Indonesia, seperti bubur ayam hingga nasi uduk. Untuk menikmati semua ini, Anda hanya perlu mengeluarkan uang sekitar Rp15.000 hingga Rp60.000 saja.