Candi Borobodor Jadi 'Perpustakaan' Seniman

Ardi Mandiri Suara.Com
Kamis, 21 Agustus 2014 | 04:09 WIB
Candi Borobodor Jadi 'Perpustakaan' Seniman
Sembayang pagi di Candi Borobudur pada prosesi Tri Suci Waisak, (14/5). (Antara/Anis Efizudin)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Keberadaan Candi Borobudur yang ditemukan Raffles pada tahun 1814 atau 200 tahun lalu itu hingga saat ini terus dikembangkan sebagai tempat tujuan wisata, baik domestik maupun mancanegara.

Candi Buddha terbesar di dunia ini bukan hanya sebagai sumber pendapatan di bidang kepariwisataan bagi negara, melainkan keberadaan candi ini juga ikut memacu berkembangnya desa wisata di wilayah Borobudur.

Bahkan, keberadaan warisan budaya dunia ini menjadi sumber informasi dan inspirasi bagi para pelaku seni, khususnya seni rupa di kawasan Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Ketua Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) Umar Chusaeni mengatakan bahwa Candi Borobudur merupakan sumber informasi. Jadi, manfaat secara langsung dan tidak langsung sangat banyak terhadap perkembangan seni budaya di sini.

"Seniman perupa seperti saya ini, Candi Borobudur ibarat sebuah perpustakaan, tentu bagi yang mau belajar, semua terdapat di situ. Apa yang terpahat di dinding candi ini sebuah pembelajaran tentang seni budaya. Candi Borobudur kami nilai sebagai pusat seni budaya dunia," katanya.

Umar Chusaeni mengatakan bahwa seniman bisa menggali ilmu di candi tersebut untuk mengetahui bagaimana mengekspresikan jiwa seni. Keberadaan Candi Borobudur ibaratnya mau menggali sejauh mana pun tidak ada habisnya.

"Jadi, manfaat Borobudur terhadap seni budaya, perkembangan, dan kesejahteraan seniman itu sebetulnya luar biasa. Ini yang saya rasakan walaupun mungkin belum banyak seniman atau masyarakat yang tahu manfaat dari Borobudur itu," katanya.

Menurut dia, tidak harus menjual tiket untuk mendapatkan uang dari Borobudur, tetapi lebih ke keberadaan Borobudur sendiri yang membuat orang tertarik untuk datang ke sini otomatis ini sebuang peluang.

"Kami sebagai seniman harus cerdas dan kreatif melihat peluang itu menjadi sebuah sumber inspirasi, sumber kesejahteraan, dan sumber ekonomi. Apalagi, dengan makin banyaknya wisatawan mengunjungi Candi Borobudur ini peluang seniman untuk bisa menunjukkan jati diri, menunjukkan karyanya ke dunia internasional sangat terbuka," katanya.

Menurut dia, baru sebagian kecil masyarakat yang sudah bisa memanfaatkan peluang tersebut dan hal itu tidak bisa dipungkiri bahwa di dalam 10 tahun terakhir ekonomi masyarakat yang kreatif bisa sejahtera dengan keberadaan Borobudur.

Umar Chusaeni mengakui sumber daya manusia di Borobudur bermacam-macam dan kebanyakan secara umum masyarakat lebih berpikir langsung, yakni mendapat duit langsung dari Borobudur, seharusnya tidak begitu.

Ia mengatakan bahwa karya seni rupa yang diproduksi berkaitan dengan Candi Borobudur langsung mungkin mencapai ratusan karya. Di KSBI yang beranggotakan 30 orang mungkin sudah menghasilkan sekitar 500 karya yang memang sumber inspirasinya langsung dari Candi Borobudur.

Sebetulnya apa yang diproduksi itu juga tidak semua menggambarkan Borobudur secara langsung. Jadi, wujudnya itu bisa dalam berbagai karya seni ada yang surealisme, abstrak, dan lainnya, tetapi sumber inspirasi dari karya itu sendiri hampir 90 persen karena Borobudur.

Konsistensi Kepala Balai Konservasi Borobudur Marsis Sutopo mengatakan bahwa Candi Borobudur merupakan warisan nenek moyang bangsa Indinesia yang sudah diakui oleh dunia, baik kehebatan arsitekturnya maupun keunikannya tidak ditemukan di tempat lain.

Oleh karena itu, siapa yang harus menjaga melestarikannya kalau bukan generasi penerus bangsa ini.

Menurut dia, para pengunjung harus benar-benar mau menghargai sebagai warisan karya nenek moyang sendiri dengan cara ikut menjaga jangan justru melakukan tindakan yang bisa mengancam kelestarian bangunan candi itu, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Selain itu, kata dia, kalau berkunjung ke Candi Borobudur jangan hanya sekadar "fun", hanya berebut sampai ke puncak, begitu sampai di puncak hanya akan melihat pemandangan. Padahal, di Candi Borobudur itu banyak hal yang bisa dipelajari dari kandungan pesan reliefnya.

Ia menuturkan bahwa latar belakang sejarahnya memang Buddha yang pada waktu itu belum muncul agama lain. Waktu itu di sini hanya ada agama Hindu dan Buddha. Maka, yang dihasilkan dengan latar belakang agama saat itu.

Akan tetapi, ada ajaran atau pesan-pesan yang sifatnya universal, antara lain bagaimana manusia itu harus jujur, berani bekorban, dan disiplin.

Kalau dilihat dari cara pembangunan Candi Borobudur, kata dia, ada konsistensi, dalam artian tidak mungkin Candi Borobudur dibangun dalam satu generasi.

"Kami contohkan, bagaimana generasi orang tua baru membuat fondasinya, kemudian dengan konsisten generasi berikutnya mau meneruskan sampai kemudian terjadi bangunan candi seperti itu," katanya.

Candi Borobudur diperkirakan dibangun dalam empat tahap yang terdiri atas tiga hingga empat generasi.

"Ini namanya konsistensi pembangunan, hal itu seharusnya dicontoh pada masa-masa sekarang dan masa yang akan datang, ada konsistensi pembangunan. Kalau tidak ada konsistensi, saya yakin tidak akan terjadi bangunan candi tersebut," katanya.

Ia mengatakan bahwa konsistensi pembangunan itu menunjukkan bagaimana pada saat itu hebatnya manajemen sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya bahan, dengan menghasilkan bangunan seperti itu.

Menurut dia, perencanaannya matang sekali dan berlanjut meskipun memang kemudian selama pembangunannya kemudian ada perubahan di bagian kaki, yakni ada penambahan bangunan kaki.

"Sekalipun tambahan kaki itu tidak sesuai dengan rancangan awal, tetapi ini justru menunjukkan generasi penerusnya ini punya tanggung jawab yang konsisten sampai dengan membuatkan kaki tambahan itu. Waktu itu pembangunan sudah selesai tanpa kaki, tetapi waktu itu entah zaman anak atau cucunya kemudian melihat kalau candi seperti ini nanti akan gampang runtuh kemudian ada tambahan bangunan kaki," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI