Perempuan Pun Bisa Alergi Seks

Esti Utami Suara.Com
Jum'at, 01 Agustus 2014 | 12:40 WIB
Perempuan Pun Bisa Alergi Seks
Ilustrasi (Foto: shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Vaginismus
Bagi sebagian perempuan penetrasi adalah hal yang sangat menyakitkan. Ini yang disebut dengan vaginismus. Vaginismus adalah kondisi medis di mana otot-otot vagina enggan melebar, justru akan memperketat sampai titik tertentu di mana perempuan biasanya akan mengalami rasa sakit pada vagina selama hubungan seksual. Hal ini menyebabkan berhubungan intim sebagai sebuah siksaan. Jika hal ini tidak ditangani dapat menjadi masalah serius dengan pasangan.

Alergi seksual
Alergi seksual biasanya dirasakan dengan rasa gatal dan terbakar pada vagina setelah berhubungan seks. Alergi Seks adalah pengalaman perempuan karena beberapa reaksi alergi terhadap air mani. Kondisi ini dapat bervariasi dari pasangan karena beberapa jenis protein yang terlibat dalam cairan mani. Jika gangguan ini tidak diobati dapat menyebabkan anafilaksis.

Inkontinensia urin
Inkontinensia urin adalah keluarnya urinĀ  dari kandung kemih. Masalah ini juga dialami kaum Adam. Pada perempuan inkontinensia urin biasa terjadi selama kehamilan, melahirkan, dan menopause. Inkontinensia umum pada perempuan disebut stres inkontinensia urin (SUI). Ini adalah ketika sfingter kandung kemih hanya menghasilkan sejumlah kecil urin di bawah tekanan seperti ketika batuk, tertawa, bersin atau saat melakukan beberapa latihan fisik. Inkontinensia urin bisa dikurangi dengan latihan otot dasar panggul.

Hot Flashes dan menopause
Ada tahap di mana perempuan mencapai akhir kemampuan reproduksinya. Kebanyakan perempuan memasuki masa menopause antara usia 45 sampai 55 tahun. Selama menopause kebanyakan perempuan mengalami perubahan suasana hati, emosi tinggi dan sangat sensitif. Gejala lain yang mungkin termasuk hot flashes, vagina kering, berkurangnya gairah seks dan berkeringat di malam hari. Pengobatan untuk menopause sering memerlukan pendekatan multifaset seperti obat dan praktek perawatan diri. (boldsky.com)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI