Tradisi Bayar Niat di Keraton Sambas

Ririn Indriani Suara.Com
Rabu, 30 Juli 2014 | 05:15 WIB
Tradisi Bayar Niat di Keraton Sambas
Keraton Sambas ramai dikunjungi masyarakat setempat dan pemudik selama liburan Lebaran. (Foto: Antara/Andilala)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Selain merayakan Idul Fitri dengan sajian lontong sayur dan kue lapis khas, tradisi sebagian masyarakat Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar), melakukan kunjungan ke Keraton Alwatzikhoebillah Kesultanan Sambas sambil bayar niat (nazar) atau ucapan syukur.

"Saya berkunjung ke Keraton Sambas, karena jauh hari sebelumnya berniat akan berkunjung ke sini kalau apa yang saya capai telah tercapai," kata Izar salah seorang pengunjung Keraton Alwatzikhoebillah di Sambas, Selasa (29/7/2014).

Ia berharap diberikan keturunan anak laki-laki. "Alhamdulillah pada malam takbiran istri saya melahirkan anak laki-laki," ujar Izar.

Menurut dia, bayar niat bisa saja dilakukan dengan bersedekah, memohon doa pada Allah dan lainnya.

Sementara itu, Raden Dewi Kencana (51) salah satu kerabat keraton Sambas menyatakan berbagai tujuan masyarakat yang berkunjung ke Keraton Sambas, ada yang memang ingin melihat-lihat, berwisata, dan ada juga yang bayar niat.

Keraton Alwatzikhoebillah Kesultanan Sambas yang dibangun megah pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Syafiuddin (1931-1943), sultan ke-15 Kesultanan Sambas, tetap menjadi kebanggaan warga Sambas.

Bangunan keraton yang awal pembangunannya menelan biaya sekitar 65.000 gulden itu kini dipercayakan kepada Pemangku Kesultanan Sambas Pangeran Ratu M. Tarhan Winata Kesuma, sejak 2008 setelah ayahnya Pangeran Winata Kesuma telah meninggal.

Raden Dewi Kencana yang merupakan keturunan raja Sambas yang kesembilan itu menyatakan, mulai dibukanya bagi masyarakat umum yang ingin menyaksikan secara langsung Istana Alwatzikhoebillah baru beberapa tahun ini.

"Dulu Istana Alwatzikhoebillah baru dibuka pada hari-hari tertentu saja, tetapi sekarang sudah terbuka bagi masyarakat yang akan melihat secara langsung peninggalan Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Syafiuddin," ungkapnya.

Sampai-sampai, menurut Raden Dewi Kencana, masyarakat bisa secara langsung masuk ke kamar Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Syafiuddin, yang dulunya tidak boleh dibuka atau dimasuki oleh masyarakat biasanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI