Suara.com - "Kerang Kiloan Pak Rudi", itulah nama kedai yang kini sedang in di kalangan anak muda di Jakarta. Mengapa bisa begitu? Padahal secara fisik kedai di Jalan Bumi, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini tak bisa dibilang istimewa.
Kedai ini berbagi tempat dengan dua kios lain masing-masing menjual kaset dan gitar. Sebuah neon boks bergambar kerang dan bertuliskan "Kerang Kiloan Pak Rudi" menjadi penanda kedai yang baru buka Februari lalu. Di bawahnya, tepat di samping pintu masuk, berjajar boks plastik berisi berbagai jenis kerang.
Di belakang kerang itu, terdapat empat meja sederhana masing-masing dengan empat bangku plastik warna merah. Pagar tembok berhias mural membatasi tempat makan ini dengan jalan umum. Sisi lainnya adalah dapur yang berdinding 'baja' . Tapi, di dalam sana, juga terdapat beberapa meja lagi, yang malam itu juga terisi penuh.
Seorang karyawan dengan mengenakan seragam hitam, siap melayani setiap pengunjung yang datang. Dengan fasih dia menjelaskan menu yang ada, termasuk menu andalan 'kerang hijau goreng'. Seperti namanya, Kerang Kiloan Pak Rudi, hanya menjual kerang secara kiloan. Setiap kerang yang dibeli minimal satu kilogram, dan rata-rata setiap kilogram kerang dibandrol Rp35.000. Pengunjung bisa memilih apakah kerang yang akan disantapnya mau direbus atau digoreng.
Untuk saus atau sambalnya, tersedia 12 pilihan, antara lain saus jamur, saus padang, saus tiram, sambal matah atau sambal khas Pak Rudi. Semua sambal gratis, kecuali sambal khas Pak Rudi, pengunjung harus merogoh Rp 5000.
"Kami memang hanya menjual kerang. Dan konsepnya, kerang di sini adalah camilan, jadi kalau datang ke sini enaknya rame-rame," jelas Sonny salah seorang pendiri Pak Rudi.
Sonny, yang bertanggung jawab atas operasional kedai menjelaskan, embrio warung ini sebenarnya sudah terpikirkan sejak 1999. Namun karena satu hal, rencana itu baru terealisasi Februari lalu. Kerang dipilih, karena makanan ini bisa dikatakan menjadi favorit para pencinta seafood. Sedangkan sambalnya adalah hasil eksperimen dari Sonny dan Aldo, kakak beradik yang membidani kedai ini.
"Menu unggulan kami 'kerang hijau goreng' baru ditemukan dua minggu menjelang warung dibuka," jelas Sonny sambil menambahkan kerang ini cocoknya disantap bersama saus jamur.
Alumnus Ilmu Komunikasi di sebuah perguruan tinggi di Semarang itu menjelaskan, awalnya kedai ini tak berjalan mulus. Dari target 50 kilogram kerang sehari, ia hanya mampu menjual 20-30 kilogram kerang sehari. Tapi berkat promosi dari mulut ke mulut, dalam waktu kurang dari lima bulan, usaha ini berkembang pesat. Kini setiap hari, 180-200 kilogram kerang ludes terjual setiap hari.
Dan ketika suara.com coba datang ke sana, Selasa (22/7/2014) malam, pengunjung seolah tak berhenti datang. Rata-rata mereka adalah mahasiswa yang datang berombongan empat hingga lima orang. Termasuk Ajeng yang datang jauh-jauh dari Ciputat karena ketagihan kerang hijau racikan Sonny. "Saya bisa habiskan dua kilogram sendirian," ujarnya.