Kenduri, Saat Ramadan Lewat Setengah Bulan

Esti Utami Suara.Com
Selasa, 15 Juli 2014 | 15:15 WIB
Kenduri, Saat Ramadan Lewat Setengah Bulan
Warga Lamglumpang, Ulee Kareueng, Banda Aceh sedang menyiapkan kenduri Ramadan, Sabtu (12/7/2014). (Antara/Ampelsa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Warga Banda Aceh, dan masyarakat Aceh secara umum memiliki tradisi unik menyambut pertengahan bulan Ramadan. Mereka biasanya menggelar kenduri Ramadan, di mana warga memasak daging dalam belanga atau Kuah Beulangong kemudian dibagi-bagikan kepada warga kurang mampu.

Tradisi kenduri dengan memasak puluhan belanga daging sapi atau kambing yang rutrin dilaksanakan setiap bulan ramadan itu, dibagikan kepada masyarakat, anak yatim, janda miskin sebagai bentuk kebersamaan di bulan puasa dan selain menjalin silaturahmi antara warga desa dengan desa yang lain.

Sementara warga Binjai Sumatera Utara, menyambut pertengahan bulan Ramadan, dengan menggelar kenduri ketupatan melewati 15 hari Ramadhan. Dalam kenduri ini hanya menghidangkan ketupat sebagai menu utama yang disantap usai melaksanakan doa syukuran.

"Ini dilakukan setiap melewati hari ke 15 puasa Ramadan, di mana hampir seluruh warga lingkungan membuat sarang ketupat di rumah masing-masing," kata Kelurahan Sumber Karya Kota Binjai Mahruzar, di Binjai, Selasa (15/7/2014) sebagaimana dikutip kantor berita Antara.

Sarang ketupat yang dibuat ini bukan untuk dijual sebagai pertanda menyambut datangnya lebaran, namun sarang ketupat yang dibuat dari daun kelapa muda atau yang dikenal dengan sebutan janur ini sengaja dibuat warga dan diisi dengan beras ketan dan diolah hingga masak.

Kemudian ketupat yang sudah jadi ini akan dibawa ke masjid dan dikumpulkan dengan ketupat buatan warga lainnya, lalu menjadi menu utama saat digelarnya acara kenduri ketupatan usai sholat Taraweh malam harinya.

"Ini sudah menjadi tradisi warga di sini. Hampir seluruh warga di sini ikut melaksanakan tradisi ini, karena di sini bermukim warga dari etnis Banten," katanya.

Ketupat, bagi warga setempat, melambangkan mereka telah melaksanakan puasa Ramadan selama 15 hari atau setengah bulan. Selain bentuk wujud syukur atas nikmat kesehatan doa ini juga sebagai bentuk harapan agar mereka bisa terus melaksanakan ibadah puasa hingga memasuki lebaran nanti.

Makanya sebelum warga memakan ketupat yang dikumpulkan dari seluruh warga, semua yang hadir mulai membacakan doa syukur dan memohon kesehatan kepada Tuhan. agar warga bisa menyempurnakan ibadah puasanya.

Mahruzar berharap kenduri ketupatan ini bisa dilestarikan, sehingga tradisi nenek moyang etnis Banten yang pertama kali berdomisili di lingkungan ini bisa tetap terjaga dan berkembang. "Ini merupakan tradisi saja, tak ada hal lain," tegasnya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI