"Kami ingin suasana di kedai sangat hangat. Jadi kami juga pasang berbagai alat musik, dan TV LCD, untuk mengiringi pengunjung, yang juga gemar diskusi soal politik, dan budaya," katanya.
Kecewa pada Depok
Pada kesempatan itu, Andi turut pula mengungkapkan kekecewaanya terhadap peraturan daerah (Perda) Kota Depok soal larangan memberikan uang kepada pengemis dan anak jalanan. Menurutnya, perda tersebut memberangus asa anak-anak jalanan untuk bertahan hidup dan berekspresi lewat musik.
"Karena itulah pada 2012 Institut Musik Jalanan (IMJ) kami buat," ungkap Andi.
Saat ini, tutur Andi, IMJ terus merangkak besar. Tak cuma di Depok, Jakarta semata, IMJ juga telah mencapai Malang, Jawa Timur.
Tak cuma itu, IMJ juga sudah memiliki sebuah album musik, berisikan karya-karya buatan jalan.
"Kami buat IMJ dengan sistem rapi, yang terbagi dari beberapa divisi," tutur Andi.
"Ada divisi pendidikan, bisnis, hingga AIDS," ujarnya.
Ridho Abdillah, Manajer Program IMJ, menambahkan, program-program buatan IMJ diharapakan mampu menopang bakat anak-anak jalanan. Karena itu, seluruh program harus dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.
"Kami punya program-program ruti, seperti program talent sebagai penunjang ide dan ekspresi musisi jalanan. Ada juga program Bimo dan Sinyo pada Selasa. Lalu ada Rabu Literasi yang merupakan workshop menulis dengan penulis ternama sebagai pembicara," kata Ridho.
Sementara itu, Hanum seorang pengunjung, mengungkapkan bahwa dirinya tak akan pernah bosan untuk berkunjung ke IMJ dan Kedai Kreasi. Menurutnya, IMJ dan Kedai Kreasi merupakan tempat terkeren, yang belum pernah ada sebelumnya.