Di ICA, Para Seniman Jalanan Menggantungkan Nasibnya

Esti Utami Suara.Com
Jum'at, 04 Juli 2014 | 21:00 WIB
Di ICA, Para Seniman Jalanan Menggantungkan Nasibnya
Aksi anggota ICA (Foto: suara.com/Dinda Rachmawati)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berawal dari jalanan, Indonesia Community Art (ICA) terus mencoba bergerak maju. ICA telah menjadi tempat berkumpul para seniman jalanan. Baik para pemain pantomim, manusia patung, pemain sulap (magician), hingga para penari (dancer).

"Yang melatar belakangi terbentuknya ICA adalah keinginan untuk menjadikan seni Indonesia untuk bisa bersaing dengan seni pertunjukan lain dari mancanegara," ujar Oktaviana, pendiri ICA.

Menurut perempuan yang akrab dipanggil Vivi ini, ICA berdiri pada tahun 2010. Ide mendirikan ICA, berawal saat menyaksikan penampilan Cuplin di pelataran Kota Tua. Cuplin adalah karakter tokoh pantomim yang memiliki keluwesan dalam menghibur penonton. Hingga kini, akhirnya Cuplin, singkatan dari Culun disiplin dinobatkan menjadi ikon ICA.

"Cuplin atau Culun Disiplin, yang menampilkan pantomim dengan aliran komedi adalah karakter yang paling banyak dicari para klien kami," kata Vivi.

Tak hanya Cuplin, anggota ICA lainnya pun aktif berkontribusi di industri kreatif. Dari panggung jalanan mereka bergerak ke berbagai tayangan televisi atau event-event terkemuka, baik untuk mengenalkan produk, maupun ajang festival seni di tanah air.

ICA, lanjut Vivi bisa dibilang sebagai management artist para seniman jalanan. Namun ICA tak hanya sekedar mencarikan pekerjaan, tetapi juga menyiapkan berbagai keperluan sesuai konsep acara, mulai kostum, make up, hingga properti.

"Semua seniman yang tergabung dalam ICA bisa dipertanggungjawabkan, baik ketrampilan hingga penghasilan mereka," ujarnya sambil menambahkan bayaran yang diterima anggota ICA disesuaikan dengan keahlian, jam terbang, dan di mana mereka tampil.

Anggota ICA, kata Vivi, tak melulu seniman jalanan tapi juga mereka yang peduli dengan kesenian di Indonesia. Jadi di antara anggota ICA terselip sejumlah tenaga marketing dan manager. Perekrutan anggota ICA, saat ini masih dilakukan dari mulut ke mulut. Namun proses perekrutan tetap dilakukan secara serius. Tak hanya mengandalkan hobi, tetapi para calon anggota pun harus memiliki bekal kemampuan tertentu.

Kegiatan rutin yang dilakukan ICA adalah mengisi acara-acara di mall dan sejumlah tempat wisata. "Selama ramadan ini yang paling banyak adalah mengisi acara di berbagai mall. Namun sebenarnya jumlah klien tidak tergantung dari Ramadan," tutupnya.

Pantomin oleh anggota ICA (Foto: suara.com/Dinda Rachmawati)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI