Syahdunya Ramadan di Sudan

Ririn Indriani Suara.Com
Jum'at, 04 Juli 2014 | 12:55 WIB
Syahdunya Ramadan di Sudan
Para siswa berkumpul untuk belajar Alquran setelah sahur di Masjid Sheikh Bashir, Sudan. (Foto: Reuters/Mohamed Nureldin Abdallah)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Tradisi berbuka di luar secara bersama ini telah mengakar dalam masyarakat Sudan, dan menurut beberapa orangtua, hal tersebut awalnya ditujukan untuk menarik para wisatawan dan tamu lain yang kebetulan sedang lewat saat magrib tiba pada bulan Ramadan.

"Di masa lalu orang bepergian dengan unta dan keledai; ada pedagang kecil yang membawa barang-barang mereka dari satu tempat ke tempat lain, orang lain atau  wisatawan yang mengunjungi keluarga dan kerabat. Ini membantu penduduk desa bersama-sama, " kata Khalifa Al-Faki, salah satu warga.

Sayangnya, tradisi tersebut perlahan-lahan mulai menghilang, khususnya di kota-kota besar.

"Orang-orang telah menjadi lebih individual. Saat ini, semua orang yang tinggal di sebuah villa atau flat berbuka hanya sebatas di rumah mereka. Bahkan jenis makanan yang dimakan saat bulan ramadan, kini tak lagi sama. Hidangan tradisional tergantikan dengan makanan asing," keluh Al-Faki.

Hidangan Khas Ramadan
Saat Ramadan, Sudan memiliki hidangan khusus dan beberapa di antaranya ditemukan di hampir setiap rumah tangga.

Makanan khas Sudan jarang terbebas dari daging, karena negara ini memang sangat kaya dengan hewan ternak, bahkan Sudan telah menjadi negara pengekspor ternak utama. Daging favorit tetap domba dan ayam dengan ikan (Perch dari sungai Nil) sangat umum di kalangan penduduk kota.

Hidangan yang paling umum adalah mulah waika (okra masak kering) dan mulah rob (susu kental) diambil dengan Kisra (telur dadar seperti pancake yang dicampur dengan sereal).

Cara membuat Kisra berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Orang-orang di bagian barat biasanya lebih memilih bubur kisra, sedangkan di utara lebih memilih lapisan tipis Kisra. Ada juga salatet Zabadi (mentimun atau salad yogurt), adas shorbet (sup miju-miju) dan kofta (bakso).

Tidak seperti masakan Asia, masakan khas Sudan lebih sederhana yang ditambahkan dengan sedikit rempah-rempah. Garam, merica dan lemon adalah bumbu utama.

Makanan dianggap belum lengkap tanpa Shatta - bumbu pedas yang terbuat dari cabai merah digerus dengan jus lemon dan bawang putih; disajikan ketiaka setiap kali makan.

REKOMENDASI

TERKINI