Dosen Ini Rela Jadi Badut Demi Pengidap Demensia

Suwarjono Suara.Com
Senin, 30 Juni 2014 | 21:00 WIB
Dosen Ini Rela Jadi Badut Demi Pengidap Demensia
Ia bukan badut pesta, tapi berbagi untuk sesama. (theguardian)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jika anda bertemu dengan Zoe Derbyshire, anda pasti akan mengubah persepsi tentang badut yang selama ini ada di persepsi Anda.

Zoe Derbyshire, 50 tahun, adalah seorang dosen di Akademi Drama dan Musik Royal Scottish dengan spesialisasi tentang Badut.  Zoe juga bagian dari kelompok Elderflower  yaitu pengajar praktisi khusus yang menggunakan badut sebagai cara untuk meningkatkan kualitas hidup pasien pengidap demensia.

“Kami bukan membuat pesta badut,” katanya. “Ini tak semudah membuat hidung menjadi merah dan menjatuh-jatuhkan diri. Kami adalah badut dengan karakter. Biasanya badut ditampilkan untuk anak-anak yang sedang sakit dan menghibur mereka. Namun konsep kami sangat berbeda,” katanya.

Apa yang dilakukan Derby bermula dari pertemuannya dengan Magdalena Schamberger pada saat pertunjukan amal yang dilakukan oleh Hearts & Minds tahun 2004.  Derby mengatakan pertemuan itu adalah hal yang sangat menentukan.

“Saat itu Elderflowers mulai mapan. Saya merasa sudah sangat sempurna. Saya tak lagi sering tampil memimpin acara. Saya sangat tertarik untuk menggunakan kemampuan saya untuk pengobatan, di mana saya bisa mengambil bagian menggunakan kemampuan seni saya untuk orang-orang yang secara normal tak memiliki akses langsung,” katanya bercerita.

Sejak pertemuan itu Derby mulai mengabdikan dirinya untuk mendekati para pasien penderita demensia. Hidung merah pada badut menjadi ciri utamanya.

“Memang banyak yang menolak hidung merah. Tapi tanpa itu, mereka tak benar-benar mengerti siapa kami. Pada beberapa penderita demensia, beberapa warna dapat menguatkanTapi warna merah cenderung untuk memberi pembedaandan hidung itu membuat kami tetap pada kontak mata yang stabil. Hidung merah juga menjadi simbol umum untuk bermain,” katanya menjelaskan.

Lalu apa yang dilakukan Derby saat ia mengunjungi pasien di rumah atau rumah sakit?

Elderflowers selalu bekerja dalam beberapa bagian. Kami menggunakan karakter keluarga pasien, adik atau kakak mereka. Pasien yang kami kunjungi sepertinya mengerti konsep tersebut, dan itu membantu mereka merasa nyaman dan aman,” kata Derby menjelaskan.

Setiap akan memulai sesi, Elderflowers mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang pasien.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI