Suara.com - Memasuki bulan Juli, yang kebetulan awal bulan puasa The Holy Crab kembali melampaui batas. Tempat makan yang menawarkan cara berbeda menyantap hidangan laut ini mengenalkan tiga menu sekaligus.
"Untuk menambah pengalaman bersantap dan memberi pilihan yang lebih beragam," ujar Albert Wijaya, pemilik sekaligus chef di The Holy Crab, di satu soreĀ pekan lalu.
Tiga menu baru itu adalah spider crab (kepiting laba-laba), freshwater crawfish alias lobster air tawar, dan garlic sauce pepper alias saus bawang merica.
Sambil menunjukkan makanan baru racikannya, Albert menjelaskan kepiting laba-laba didatangkan dari perairan Spanyol dan Prancis. Kepiting laba-laba banyak dijual di pasar tradisional dua negara Eropa Selatan itu. Dibanding kepiting lokal dan king crab yang menjadi andalan Holy Crab selama ini, daging kepiting laba-laba ini terasa lebih legit.
Sayang kepiting ini tak dijual setiap hari. "Kami hanya menyediakan pada akhir pekan, Jumat-Sabtu-Minggu untuk menjaga kesegarannya," ujar Albert memberikan alasan.
Sedangkan lobster air tawar adalah hasil budidaya nelayan lokal. Sepintas lobster ini tak sebesar lobster umumnya. Ukurannya sedikit lebih besar dari udang galah. Namun saat mencicip lobster mungil itu, lidah saya langsung menari oleh dagingnya yang lembut dan manis.
Dan jika tepat menanganinya, Anda akan menemukan bagian terlezat dari lobster ini. Untuk itu chef Albert membagi tipsnya.
"Pertama-tama kita buka cangkang di bagian kepala, lalu tarik kepalanya ke depan seperti saat melepaskan helm. Lalu pisahkan kepala dari tubuh, dan tekan tubuh hingga berbunyi dan mendapatkan sensasi retak. Setelah itu daging lebih mudah diambil dan tinggal dicelupkan ke sausnya!"
Satu menu baru lainnya, adalah "saus bawang merica" yang merupakan hasil inovasi awak The Holy Crab. Saus yang diracik atas masukan pengunjung Holy Crab dalam emapt bulan terakhir ini masih menonjolkan rasa asli daging hidangan laut.
"Kami hanya menambahkan beberapa rempah agar lebih diterima lidah Indonesia," jelas Albert.