Suara.com - Inggris sedang mengalami krisis sperma, yang bisa memicu klinik-klinik kesuburan di negara itu menerima sperma-sperma berkualitas rendah, demikian disampaikan British Fertility Society (BFS), seperti dikutip BBC, Jumat (27/6/2014).
Menurut BFS kini sejumlah besar klinik di Inggris bergantung pada pasokan sperma dari luar negeri, terutama Denmark dan Amerika Serikat.
Sementara badan yang mengatur fertilitas di Inggris, Human Fertilisation and Embryology Authority (HFEA) menyebutkan bahwa satu dari empat sampel sperma yang didonasikan berasal dari luar negeri. Angka itu mengkhawatirkan karena pada 2005 hanya 1 berbanding 10.
"Kami mengalami krisis sperma di Inggris," kata Dr Allan Pacey, ketua BFS.
Menurut dia ada dua faktor yang menyebabkan turunnya jumlah pasokan sperma di Inggris. Pertama karena sejak 2005 hak anonimitas para pendonor sudah dihapus dan karena kemajuan di bidang perawatan kesuburan, sehingga banyak lelaki yang bisa punya anak dari spermanya sendiri.
Tetapi yang membuat Pacey paling khawatir adalah karena dengan kurannya pasokan maka klinik-klinik akan tergoda untuk menurunkan standar untuk menerima sperma berkualitas buruk.
"Kecemasannya adalah klinik-klinik bisa mengubah (standar) kualitas sperma agar donor-donor kembali datang dan menurut saya itu sangat berbahaya," jelas Pacey.
Pacey menjelaskan bahwa sperma berkualitas rendah akan memaksa perempuan yang menerimanya melewati prosedur yang lebih rumit dan mahal.