Suara.com - Maraknya penjualan sex toys, ternyata mengancam ego kaum Adam. Banyak dari mereka yang merasa keberadaannya terancam oleh kehadiran 'mainan' ini.
Simak pengakuan seorang laki-laki di Inggris ini. "Kami sudah menikah selama 10 tahun, dan selama ini baik-baik saja. Sampai tiga minggu lalu, istri saya mempunyai ide untuk membeli vibrator. Saya pun merasa terintimidasi. Saya tahu, 'ukuran' tidak penting. Tetapi saya merasa tidak akan bisa menandingi vibrator untuk alasan yang lain."
Untuk mengatasi hal ini, Pamela Stephenson Connolly seorang psikoterapis yang mengkhususkan diri pada kelainan seksual mengatakan ini muncul karena ada miskomunikasi. Menurutnya perempuan menggunakan 'mainan' ini karena keinginan mereka tidak terpenuhi. Sementara banyak lelaki cenderung sangat fokus dan terlalu berorientasi pada kepuasannya sendiri.
Perempuan, ujar Connolly, menggunakan 'mainan' itu di luar organ intim mereka. Ini berarti di titik itulah sebenarnya mereka ingin disentuh. "Jadi mengapa tidak mengambil tantangan dari apa yang tidak bisa dilakukan 'mainan' itu. Yakni melakukan stimulasi yang lebih manusiawi di titik yang diinginkan oleh pasangan Anda?" ujarnya.
Jadi intinya adalah menjadi pasangan yang lebih perhatian dan lebih mendengarkan dia. "Mungkin dia bahkan akan menunjukkan kepada Anda. Dorong dia untuk membiarkan Anda tahu persis apa yang dia butuhkan dan, pada saat yang sama, memberinya wawasan yang lebih baik tentang kebutuhan Anda. "Dan ingat sebuah vibrator tidak dapat memberikan cinta, dan keintiman sejati," pungkasnya. (The Guardian)