Suara.com - Pendiri Banten Creative Community, Mukoddas Syuhada mengatakan, masih banyak masyarakat yang menyangsikan kemampuan bambu untuk konstruksi padahal tanaman ini memiliki kemampuan setara besi dan beton.
"Indonesia kaya akan bambu sehingga mengapa kita tidak memanfaatkannya untuk membangun konstruksi jembatan, rumah, pagar dan lain sebagainya," kata Mukoddas di Serang, Minggu (15/6/2014), usai menggelar wisata edukasi bambu.
Wisata edukasi Bambu kata Mukoddas diisi dengan workshop, pelatihan, penanaman pohon, hadir juga mahasiswa asing asal Prancis, Vietnam, Jerman, Pakistan, Meksiko, Thailand untuk belajar mengenai bambu.
Sebagai bukti bambu memiliki kekuatan setara besi, Mukoddas memperlihatkan, dua unit sepeda terbuat dari bambu yang ternyata aman, nyaman, dan menyenangkan untuk dikendarai meskipun harus melalu jalur ekstrim.
Mukoddas mengatakan, melalui wadah komunitas berkewajiban menyosialisasikan pentingnya memanfaatkan kearifan lokal di suatu daerah yakni bambu agar dapat bermanfaat bagi masyarakat setempat.
Dia mengatakan, seperti jembatan gantung di Lebak yang menggunakan kerangka besi, mengapa tidak menggunakan bambu yang banyak terdapat di daerah tersebut. Beberapa negara Eropa saat ini justru menggunakan bambu sebagai kerangka jembatan bahkan mampu dilewati kendaraan roda empat.
Bambu yang direndam secara alami, kata dia, justru semakin kuat bahkan tidak bisa dipotong dengan gergaji biasanya sehingga seharusnya dapat dipergunakan untuk konstruksi jembatan.
"Bambu di Indonesia berlimpah, tetapi pemanfaatannya justru jauh tertinggal dibandingkan sejumlah negara yang tidak memiliki banyak bambu. Hal ini karena masih ada anggapan bambu sebagai simbol kemiskinan, misalnya rumah yang menggunakan bilik (anyaman bambu) dianggap semi permanen," kata Mukoddas.
Ia mengatakan, Indonesia memiliki 12 persen koleksi bambu dunia, seharusnya bisa dimanfaatkan sebagai jembatan penyeberangan orang, gerbang tol, rumah, bahkan museum seperti di luar negeri.
Bahkan hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum di Bandung menunjukkan bambu dapat berfungsi sebagai tulang beton, sehingga lebih terjangkau, kata Mukoddas.
Mukoddas mengatakan, komunitasnya saat ini mulai memproduksi sepeda bambu dalam arti frame (kerangka) sepeda terbuat dari bambu, sedangkan lainnya tetap menggunakan komponen sepeda.
Bahkan untuk frame bambu tersebut Mukoddas berani memberikan jaminan seumur hidup, hasil karyanya tersebut akan dipresentasikan di Norwegia dalam waktu dekat.
Dukungan penggunaan bambu sebagai konstruksi bangunan dalam 2 - 3 tahun ini justru datang dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan karena akan mengurangi penggunaan kayu untuk bangunan, jelas Mukoddas.
Mukoddas juga mengingatkan, tanaman bambu dikenal sebagai tanaman yang mengikat air, daunnya yang rimbun dapat menahan air hujan sedangkan akar dan batangnya dapat menyimpan air, sehingga halaman rumah yang memiliki bambu biasanya sumurnya tidak pernah kesulitan air.
"Tanaman ini sebenarnya juga dapat dipergunakan untuk mengindarkan erosi di bantaran sungai, dibandingkan harus menggunakan beton. Bambu dapat menjadi terucuk alami karena akarnya akan menghunjam ke dalam tanah," jelas dia.
Mukoddas mengatakan, pihaknya juga tengah membiakkan Bambu langka jenis bambu hitam (black betung) sudah dipesan untuk angklung Saung Ujo dan bambu macan tutul (masyarakat sering mengenal juga sebagai bambu batik).
Tanaman bambu selain mudah dipelihara dan gampang tumbuh, juga menghasilkan oksigen 35 persen lebih besar dibanding tanaman lain, dan menyerap karbondioksida lebih banyak, serta mampu menyerap bau.
“Sifat tanaman bambu yang mampu mengangkat air tanah sering dipergunakan sebagai cadangan air tanah, juga sering dipergunakan untuk memulihkan kembali lahan kritis seperti untuk konservasi pada areal bekas tambang”, jelas Mukoddas. (Antara)