Suara.com - JK Rowling, penulis novel laris Harry Potter akan mendonasikan 1juta poundsterling (sekitar Rp 18 miliar) untuk kampanye "Better Together" yang menolak lepasnya Skotlandia dari Inggris Raya. Seperti diketahui September nanti Skotlandia akan menggelar referandum untuk memutuskan apakah tetap berada di bawah bendera Inggris Raya atau menjaid satu negara yang independen.
Dalam kampanyenya "Better Together" menyebut jika Skotlandia memutuskan berpisah akan menjadi kesalahan sejarah.
Rowling mengatakan ia percaya Skotlandia adalah negeri yang unik. Tetapi ia yakin kemerdekaan akan membawa risiko ekonomi yang serius, merusak pendanaan untuk penelitian medis kelas dunia dia telah didukung dengan sumbangan jutaan pound setelah kematian ibunya dari multiple sclerosis.
Keputusan Rowling ini diumumkan Selasa (10/6/2014), menandi kampanye 100 hari untuk kelompok pro-Inggris. Dan ini adalah sumbangan terbesar yang pernah diterima kelompok pro-Inggris yang dijelanakan teman dekat Rowling, Alistair Darling.
Rowling menjelaskan keputusannya dalam sebuah esai 1.600-kata di website-nya, dengan alasan bahwa devolusi telah mengizinkan Skotlandia untuk berkembang dan dilindungi pelayanan publik.
Rowling mengaku bisa memahami keininan sebagian rakyat Skotlandia untuk 'merdeka' dengan harapan agar bisa lebih adil dan lebih setara, terdengar "sangat menarik". Tapi dia mengutip pertanyaan yang belum terjawab tentang mata uang dan anggota Uni Eropa, serta dampak ekonomi yang mungkin dirasakan Skotlandia.
"Jika kita berpisah, tidak akan ada istilah kembali Pemisahan ini tidak akan berlangsung cepat dan bersih. Ini akan menguraikan tiga abad saling ketergantungan dengan tetangga dekat, setelah itu kita akan harus berurusan dengan tiga tetangga yang pahit," ujarnya.
Rowling, yang pindah ke Edinburgh pada 1993, menambahkan siap menghadapi serangan dari kelompok nasionalis garis keras. "Dengan tetap tinggal, dan terlepas dari rasa syukur atas apa yang telah diberikan negara ini pada saya, kesetiaan saya sepenuhnya ke Skotlandia," tegasnya. (The Guardian)