Suara.com - Hari masih terang ketika saya tiba di Pattaya, warung tenda di Kawasan 9 Walk, Sektor IX, Bintaro Jaya. Tetapi lampion yang menjadi ciri khas warung tenda itu, mulai terang oleh pendar lampu. Tempat makan ini masih sepi, ternyata saya menjadi tamu pertama sore itu.
Dibanding warung di dekatnya Pattaya memang terlihat lebih atraktif. Sederhana tapi apik, dengan dapur bergaya country dan deretan kursinya yang berwarna putih. Konon, warung makan yang mengandalkan steamboat dan yakiniku ini sedang 'in' di kalangan muda di Bintaro.
Salah satunya adalah Doza, yang memang tinggal di Bintaro Jaya. Ia mengaku hampir setiap minggu makan di sini. "Harganya terjangkau, tapi rasanya tak kalah dengan di tempat lain," ujarnya. Di hadapan Doza dan dua orang temannya telah tersaji seporsi tomyum dengan kuah kuningnya yang menggoda.
Dari salah seorang pelayan saya kemudian tahu steamboat, dalam pilihan tomyum atau sop, menjadi andalan warung tenda ini. Tapi Pattaya juga menyediakan yakiniku dan sejumlah makanan lainnya. Tapi akhirnya saya memilih tomyum, membayangkan kuahnya yang hangat berempah sesuai dengan cuaca sore itu yang masih basah oleh air hujan.
Tak menunggu lama, pesanan telah siap. Dengan cekatan seorang pelayan menyalakan kompor meja dan menaruh sepanci kuah tomyum berwarna kuning keemasan. Kemudian menyusul sepiring besar berbagai jenis sayuran, jamur, daging, dan ikan dan dua mangkuk nasi putih.
Kurang dari sepuluh menit kuah itu telah mendidih, menguarkan aromanya yang segar bercampur rempah. Itu artinya saatnya saya meracik tomyum. Tak sulit, tingga memasukkan sayuran atau daging, tunggu beberapa saat dan siap disantap. Dan saya pun tak bisa untuk tidak sepakat dengan Doza, meski kelas tenda tomyum Pattaya tak kalah dengan tomyum di tempat lain. Apalagi untuk semua itu saya menghabiskan kurang dari Rp 100.000. Pengunjung lain mulai berdatangan ketika saya meninggalkan Pattaya.