Suara.com - Dari luar bangunan di Jalan Teuku Umar No. 1, Menteng, Jakarta Pusat ini masih seperti saat diresmikan hampir seratus tahun lalu. Dua menara kembar dan kolom lengkung pada pintu masuknya, menjadi ciri khas bangunan rancangan Pieter Adriaan Jacobus Moojen ini.
Di masa penjajahan Belanda, bangunan dua lantai yang kala itu milik Nederlandsch Indische Kunstkring, kelompok seniman dan budayawan Hindia Belanda ini difungsikan sebagai pusat kegiatan seni bagi warga Batavia. Pada masa kemerdekaan, bangunan ini difungsikan menjadi Kantor Imigrasi Jakarta Pusat (1950-1993).
Setelah tak lagi menjadi kantor imigrasi, bangunan ini sempat terbengkalai sebelum mulai dipugar pada 2007. Dan April tahun lalu, difungsikan menjadi restoran sekaligus galeri seni bernama "Tugu Kunstkring Paleis". "Gedung ini menyimpan sejarah penting masuknya seni modern ke Jakarta," terang Sugianto, salah seorang pegawai galeri seni Kunstkring sambil menunjukkan interior yang stylish dan eksotik.
Mengunjungi Kunstkring, saya dikagetkan dengan sederet kejutan. Begitu masuk, saya disambut oleh selasar pendek dan seorang gadis berkebaya yang mengantarkan saya ke ruangan utama dengan senyum manisnya. Di pojok kanan arah masuk, mata saya menangkap sebuah ruang kecil yang ternyata khusus untuk tempat wine andalan di restoran ini. Namanya, Ban Lam Wine Shop & Tasting Room.
Ruang makan utama di restoran ini, sangat luas dengan langit-langit tinggi dan pilar atas melengkung. Sebuah lukisan raksasa berjudul "The Fall of Java" menjadi latar ruang yang dinamai Ruang Diponegoro ini. Lukisan ini dilukis sendiri oleh Anhar Setjadibrata, pemilik Kunstkring yang juga pemilik jaringan Tugu Hotel.
Kunstkring memang tak sekedar tempat makan, tetapi juga menawarkan pengalaman seni. Ruang-ruang di Kunstkring dinamai sesuai tema, seperti Ruang Multatuli (ruangan VIP berkapasitas 12 orang) atau Ruang Soekarno yang menyimpan lukisan-lukisan bertema Soekarno dan benda-benda peninggalan presiden pertama itu.
Datang ke sini, pengunjung dimanjakan dengan beragam karya seni. Tak hanya lukisan, tapi juga benda-benda antik seperti lampu, patung, hingga aksesoris.
"Semua barang-barang yang ada di sini pun dapat dibeli pengunjung, termasuk lukisan yang sedang dipamerkan," jelas Sugianto sambil menambahkan setiap bulan benda seni yang dipamerkan selalu diganti. Setelah ikut pameran, sebagian dari karya itu akan masuk ke shop gallery yang berada di lantai dua.
Atau jika Anda hanya ingin bersantap, Tugu Kunstkring Paleis menyajikan berbagai pilihan, makanan Indonesia, Asia ataupun makanan gaya barat. Tapi andalan Kunstkring adalah rijsstafel ala Betawi.