Suara.com - Seorang lelaki 34 tahun, sebut saja Andri. Mengaku sudah menikah dengan seorang perempuan yang menurutnya sangat cantik. Semuanya berjalan baik-baik, kecuali satu hal. Sang istri menginginkan seks lebih dari yang diinginkan Andri tetapi tidak ingin memulainya. Sebaliknya Andri juga Andri juga tak mau memulai, meski ia tahu sang istri menginginkannya. Dan perang dingin pun tercipta tanpa sengaja.
"Apakah kami memiliki 'penghalang' psikologis, atau saya harus mengonsumsi suplemen untuk mendongkrak testosteron?" Itu pertanyaan yang muncul di benak Andri.
Namun menurut Pamela Stephenson Connolly, psikolog yang mendalami gangguan seksual, suplemen testosteron tidak akan membantu Andri mengatasi perang dingin ini. Lingkaran setan seperti ini sering terjadi dalam sebuah hubungan, tak terkecuali dalam urusan ranjang. Dan penyelesaian masalah ini tak bisa hanya bersandar pada gairah salah satu pihak.
Menurut Pamela, ketidakseimbangan dalam dorongan seksual antara dua orang bisa diperbaiki, tapi itu adalah masalah kecil di sini. Dalam kasus Andri, Pamela menilai pasngan ini tanpa sadar mengadopsi sikap pasif-agresif satu sama lain, dan hasilnya tidak ada yang puas. "Hanya dengan membahas isu non-seksual yang menciptakan kebuntuan kehidupan seksual Anda, maka Anda berdua akan merasa lebih terhubung secara fisik," ujarnya.
Pamela melihat ada kemarahan yang mendasari hubungan ini, dan kemarahan ini perlu diungkapkan dengan tepat. "Berbicaralah berdua secara terbuka. Ugkapkan bagaimana perasaan Anda ketika Anda berada dalam situasi 'frustrasi' dan apa yang Anda harapkan dalam melakukan hubungan seks, termasuk jika Anda menginginkan pasangan memulai terlebih dahulu. Kemudian meminta apa yang Anda butuhkan dari satu sama lain dan mencoba untuk menegosiasikan pertukaran langsung secara lebih terbuka," ujarnya. (The Guardian)