Jejak Zaman Neolitikum dan Megalitikum di Jayapura

Esti Utami Suara.Com
Senin, 19 Mei 2014 | 19:26 WIB
Jejak Zaman Neolitikum dan Megalitikum di Jayapura
Ilustrasi kapak batu (Foto: shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Balai Arkeologi Jayapura menemukan pemukiman zaman neolitikum dan megalitikum seluas 15.000 meter persegi di Bukit Srobu, di antara Kelurahan Abepantai dan Kampung Enggros, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Papua. Kepala Balai Arkeologi Jayapura Muhammad Irfan di Jayapura, mengatakan pemukiman prasejarah itu ditemukan Februari lalu oleh warga.

"Jadi setelah dilaporkan kepada Balar Jayapura, kami langsung melakukan survei dan ekskavasi di lapangan. Dan hari ini adalah hari ke-10 penelitian dan ekskavasi," katanya, Senin (19/5/2014).

Ia menjelaskan dalam survei, penelitian, dan ekskavasi yang dilakukan oleh tim beranggota enam orang itu, paling banyak ditemukan cangkang yang jumlahnya diperkirakan mencapai ribuan bahkan jutaan, tersebar di Bukit Srobu yang oleh warga juga dikenal sebagai Bukit Kerang.

Selain itu, fragmen-fragmen gerabah bermotif, alat serpih, dan kapak. Berbagai temuan itu, merupakan peninggalan periode neolitikum. Sedangkan temuan yang menunjukkan periode megalitikum, antara lain menhir, meja batu, dan tangga teras batu, serta bekas pemukiman.

"Ini menandakan penemuan di bukit yang tak jauh dari permukaan laut itu, cukup komplit dan kompleks, karena ada bekas rumah," katanya.

Ketua tim ekskavasi Erlin N.J. Djami yang ditemui di Bukit Srobu, mengatakan selain temuan fragmen gerabah, menhir, meja batu, ada juga batu dakon dan tulang-tulang manusia.

"Menurut pernyataan warga setempat di bukit ini juga pernah jadi tempat bersembunyi tentara Jepang semasa Perang Dunia II. Lalu ada tulang-tulang manusia tapi belum bisa dipastikan apakah itu milik penduduk setempat atau tentara Jepang," katanya.

Hal itu, katanya, karena Balar Jayapura belum mempunyai laboratorium untuk mengetahui penanggalan yang pasti terkait dengan benda-benda neolitikum dan megalitikum guna meneliti umur tulang-tulang di bukit itu. "Yang kami sedang kejar adalah penemuan arang atau sisa-sisa dapur memasak untuk bisa diketahui lewat pengukuran karbon," katanya.

Hasil ekskavasi yang akan berakhir pada 23 Mei 2014 itu, akan segera dilaporkan untuk diusulkan kepada pihak terkait, agar Bukit Srobu menjadi situs atau tempat penelitian. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI