Berburu Barang Antik di Jalan Surabaya

Siswanto Suara.Com
Selasa, 20 Mei 2014 | 01:11 WIB
 Berburu Barang Antik di Jalan Surabaya
Pasar barang kuno di Jalan Surabaya, Jakarta Pusat (suara.com/Dinda Rachmawati)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pasar Antik Jalan Surabaya mungkin bisa menjadi salah satu destinasi wisata Anda. Khususnya bagi Anda pecinta barang-barang kuno alias antik.

Ratusan kios yang berderet di Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat ini,  dipenuhi oleh beragam barang antik dan berbagai variasi koper.

Menurut Kiki, salah satu pedagang yang sudah sekitar 25 tahun menempati pasar ini, mulanya kawasan ini belum memiliki kios yang berderet rapi.  Beberapa pedagang hanya menggelar lapak-lapak mereka untuk menjual berbagai macam barang bekas. “Sekitar tahun 1990-an, baru dibangun kios berderet begini. Sekarang jumlahnya sekitar 200-an kios,” ujar Kiki.

Di pasar ini, Anda dapat menemukan berbagai macam barang kuno nan antik. Ada lampu kristal, patung-patung ukiran dari kayu, telepon kuno, keris, aksesoris, benda-benda galangan kapal, beragam peralatan makan antik dan masih banyak lagi. Salah satu yang terkenal adalah koleksi piringan hitam tempo dulu.

Menyusuri jalan ini, saya berpapasan dengan banyak pengunjung yang mayoritas adalah turis asing. Menurut Kiki, turis asing memang hampir selalu ada setiap hari. Dari yang memang sengaja berburu barang antik, maupun sekedar untuk berjalan-jalan. Sedangkan pendatang lokal, menurut Kiki, biasanya adalah kelompok menengah yang hobi mengoleksi barang antik.

“Dari kemarin lagi banyak orang Taiwan sama Cina ke sini. Kalau orang kitanya, biasanya mereka ke sini kalau mau lebaran. Banyak yang beli lampu kristal,” ujar Kiki.

Untuk harganya, Kiki mengaku setiap kios mematok harga yang berbeda-beda. Namun, biasanya kisaran harganya dari puluhan ribu hingga puluhan juta rupiah.

Soal harga, menurut cerita Kiki, memang ada yang unik. Penjual di Jalan Surabaya memang sengaja memberikan perbedaan antara orang asing dan orang pribumi.

“Kalau ke asing kita jual lebih tinggi, kan mereka kadang pakai dolar. Kalo ke orang kita yang agak susah kasih harga. Suka nggak enakan, bingung mau kasih harga berapa,” katanya.

Untuk mendapatkan barang-barang antik ini, Kiki mengaku biasanya ia berburu ke berbagai daerah di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, dan Bali. Namun, ada pula yang berasal dari galangan kapal.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI