Suara.com - Apakah Anda sedang merencanakan memiliki keturunan? Jika ya, mungkin Anda perlu menyimak hasil penelitian yang dilakukan Universitas Northwestern , Chicago, AS ini.
Penelitian yang dipimpin Dr Craig Garfield itu menemukan, lelaki yang terlalu cepat menjadi ayah akan lebih mudah depresi. Dan tingkat depresi tertinggi biasanya terjadi pada lima tahun pertama setelah si kecil lahir.
Tapi Garfield mengingatkan hasil penelitian ini tak bisa diartikan, menjadi ayah muda berarti ditakdirkan depresi secara klinis. Karena penelitian ini hanya menunjukkan hubungan antara menjadi ayah terlalu muda dan kecenderungan mengalami depresi.
“Ini hanya menunjukkan kapan kecenderungan depresi itu muncul," jelas Garfield yang sudah lama mendalami psikologi anak.
Untuk penelitian ini, Garfield dan timnya menggunakan data dari 20.000 pasangan muda yang memiliki anak pada tahun 1990an. Setiap beberapa tahun, para partisipan diminta mengisi kuosioner yang dapat menjajagi gejala depresi. Pertanyaan yang diajukan seperti apakah merasa bahagia, lelah atau tak suka dengan kondisi mereka saat ini.
Menurutnya, sudah banyak penelitian yang mengungkap sindrom pascamelahirkan pada kaum Hawa. Tapi penelitian yang mengungkap dampak psikologis kelahiran seorang anak pada laki-laki masih sangat terbatas.
Dan penelitian ini mengungkap 5-10 persen responden yang baru saja dikarunai keturunan mengalami depresi secara klinis. Parahnya, ketika orang tua mengalami depresi, si kecil cenderung memiliki masalah perilaku. Seorang anak yang dibesarkan orang tua yang depresi cenderung kesulitan membaca dan mengalami gangguan ketrampilan bahasa.
"Ketika orangtua bermasalah, si anak juga ikut bermasalah. Jadi kesehatan mental baik ayah maupun ibu, sangat penting bagi pertumbuhan anak," jelasnya.
Pada ibu muda, penyebab depresi lebih mudah ditebak. Depresi muncul karena stress menangani anak dan perubahan biologis di tubuh mereka akibat hamil dan melahirkan.
Tubuh lelaki memang tak terpengaruh oleh lahirnya si kecil, tapi hidup mereka berubah total. Eric Lewandowski, seorang pakar dari Pusat Penelitian Anak, Langone Medical Center, New York menduga depresi pada lelaki yang baru memiliki anak, bisa diakibatkan masalah finansial selain juga kehidupan rumah tangganya.
"Masa transisi ini mungkin sedikit sulit, apalagi jika mereka masih terlalu muda," ujar Lewandowski.
Baik Garfield maupun Lewandowski sepakat, membesarkan anak adalah kerja tim. "Dan memahami bagaimana lelaki menghadapi masa transisi ini juga penting," ujar Garfield.
Lewandowski mengingatkan pentingnya bagi calon orang tua baru, untuk menyiapkan diri menghadapi kenyataan menjadi orang tua. "Tak selamanya indah, kadang sulit," ujarnya.(easygoodhealth.com)