Suara.com - Pagelaran wayang "Suket" kontemporer yang mengangkat cerita pesisir lokal masih cukup diminati oleh masyarakat. PagelaranĀ wayang "Suket" kontemporer banyak dimainkan di daerah Pantai utara Jawa (pantura) khususnya di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Saetoni, seorang warga Indramayu Selasa, (6/5/2014) mengatakan, pagelaran wayang "suket" yang berbahan rumput kering ituĀ selalu dipadati pengunjung. Pagelaran wayang "suket" juga relatif mudah, karena tidak memerlukan tempat luas. "Pentasnya sederhana dengan cerita segar menjadi daya tarik tersendiri masyarakat Indramayu," ujarnya.
Meski sederhana, cerita dalam wayang "suket" kontemporer sangat bermakna dan menyentuh masyarakat Pantura Indramayu, seperti kisah pembukaan Kabupaten Indramayu dan pesisir pantainya.
Sementara, Juanto pemerhati budaya lokal Cirebon menuturkan, pagelaran wayang "suket" yang pertama kali dikenalkan dalang Slamet Gundono ini selain tak memerlukan tempat yang luas, tokoh yang dimainkan juga tidak terlalu banyak.
Ia menuturkan, nayaga untuk mengiringi pementasan dari wayang "suket" kontemporer juga minimalis. "Sangat sedikit hanya tetabuhan yang apa adanya. Berbeda dengan wayang kulit juga wayang golek," ujarnya.
Selain itu waktu atau durasi pementasan wayang suket juga sangat fleksibel dan relatif pendek, paling lama tiga jam. "Bahkan pernah hanya 15 menit hingga satu jam," ujar Juanto. (Antara)