Studi: Saat Istri Sakit, Risiko Perceraian Meningkat

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 01 Mei 2014 | 17:31 WIB
Studi: Saat Istri Sakit, Risiko Perceraian Meningkat
Ilustrasi (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Risiko perceraian antara pasangan yang sudah lama menikah akan meningkat ketika istri - bukan suami - jatuh sakit, demikian ditemukan sebuah penelitian yang dipresentasikan di pertemuan tahunan Population Association of America, Kamis (1/5/2014).

Dalam studi itu para peneliti menganalisis efek dari penyakit berat seperti kanker, penyakit jantung, penyakit paru-paru, dan stroke terhadap kelanggengan perkawinan.

"Jika perempuan jatuh sakit, mereka akan lebih berpeluang mengalami perceraian," kata Amelia Karraker dari University fo Michigan Institute for Social Research, yang melalukan penelitian itu.

Dalam penelitian itu, para ilmuwan meneliti data dari 2.171 pernikahan dalam periode 20 tahun. Sepanjang dua dekade itu ribuan pasangan itu diwawancara tentang pernikahan mereka.

Secara umum ditemukan bahwa 31 persen pernikahan yang diteliti berakhir dengan perceraian selama periode penelitian. Sebanyak 15 persen dari total angka perceraian itu terjadi saat istri jatuh sakit.

Para peneliti tidak mencari informasi tentang siapa yang meminta perceraian, tetapi studi-studi sebelumnya menunjukkan bahwa perempuan adalah yang biasanya pertama kali meminta cerai. Studi itu juga tidak mencari tahu mengapa risiko perceraian lebih tinggi ketika istri sakit dan bukan saat suami yang jatuh sakit. Tetapi Karraker punya dugaan sendiri.

"Ketika istri sakit, tampaknya suami tidak bisa memenuhi tugasnya sebagai perawat. Hasilnya perempuan lebih bergantung pada keluarga atau sahabatnya," kata Karraker. (LiveScience)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI