Bakso Pak Kumis Blok S Bikin Lidah Bergoyang

Ririn Indriani Suara.Com
Jum'at, 25 April 2014 | 11:00 WIB
Bakso Pak Kumis Blok S Bikin Lidah Bergoyang
Bakso Pak Kumis Blok S, salah satu bakso legendaris yang ada di Jakarta. (Suara.com/Dinda Rachmawati)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Saat mengunjungi pusat makanan kaki lima di Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mata saya seketika berhenti melihat antrean panjang pelanggan.

Mereka memegang mangkuk untuk meracik menu baksonya sendiri. Dimulai dari memberikan garam, sambal, cuka, seledri dan kecap.

Di ujung, sudah menunggu pelayan yang siap menuangkan bakso-bakso dengan ukuran besar ke dalam mangkuk dari dua panci besar.

Ini adalah kios bernama “Bakso Pak Kumis”. Saya akhirnya memutuskan mampir dan menemui pemiliknya yang bernama Hidayatullah. Ia bercerita, bakso ini sudah berdiri sejak 1970.

Namun saat itu belum menempati kios di Blok S. Bakso ini, kata Hidayatullah, masih dijual pikulan di daerah Brawijaya oleh sang Ayah.

“Dulu masih dipikul sejak tahun 1970. Nah, pada tahun 1990-an mulai pindah ke sini. Akhirnya sampai sekarang,” jelasnya kepada suara.com.

Bakso Pak Kumis yang pindah ke Lapangan Blok S sejak 1990-an menjadi perintis dari pedagang-pedagang makanan lain berjualan di kawasan ini.

“Awalnya cuma Bakso Pak Kumis yang jualan di sini, tapi lama kelamaan banyak pedagang lain yang ikut jualan di sini,” terang Hidayat.

Saat ditanya mengapa pelanggan dibiarkan untuk meracik sendiri , alasan sederhana pun terlontar.

“Waktu zamannya Bapak saya mikul, dia senang sekali ngobrol. Akhirnya dia bilang udah bikin sendiri aja deh. Akhirnya keterusan sampai sekarang, pelanggan meracik sendiri,” ujarnya sambil tertawa.

Keunikan lainnya, Bakso Pak Kumis ini tidak menggunakan mie atau bihun seperti kebanyakan bakso. Ini dilakukan karena, kata Hidayat, dulu pernah diberi mie atau bihun, namun banyak pelanggan yang tidak memakannya.

“Karena ukuran baksonya sudah besar, jadi banyak yang tidak habis. Daripada sayang mubazir, jadi mending tidak usah dikasih mie atau bihun,” katanya beralasan.

Bakso di sini ada dua jenis yakni bakso daging dan bakso urat dengan harga Rp8.000 per butir. Hidayat mengaku, dalam tiga hari bisa menghabiskan 70 kg daging dengan perbandingan satu mangkuk sagu dan satu ember besar daging.

Ketika mencoba, Anda memang akan merasakan gigitan daging yang penuh, terasa lembut sekali di dalam mulut. Bakso ini sangat gurih. Apalagi rasa kari dalam kuahnya, hmmmm .... begitu lezat.

“Baksonya bikin ngangenin. Kalo lagi kepengin kaya orang ngidam. Enak banget,” ujar Annisa, salah satu pelanggan Bakso Pak Kumis. Anda tertarik untuk mencicipi kelezatan rasanya?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI