Suara.com - Di tengah penyelenggaraan pameran kerajinan Inacraft 2014, Rabu (23/4/2014) siang stand itu terlihat ramai. Yulia, sang pemilik stan bernama Mei_ky Songket itu terlihat sibuk melayani pembeli yang merubungnya.
Ketika suara.com mendekat, ternyata stan ini menjual kain songket dan jumputan khas Palembang, Sumatera Selatan. Songket ini masih tetap popular dan termasuk yang paling dicari di perhelatan ini.
“Karena songket Palembang itu memang khas, pewarnaannya juga pakai pewarna yang kita buat sendiri, sangat alami. Dan benang emasnya, songket Palembang terkenalnya di situ,” jelas Yulia.
Songket-songket yang dijual oleh Yulia, memang asli buatan Palembang, tepatnya di Desa Ulak, Bedil Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan yang dikenal sebagai salah satu sentra penghasil kain songket. Di sana, keluarga Yulia memiliki pusat kerajinan kain khas Palembang ini.
Dan untuk memanjakan pecinta kain songket Palembang, pusat kerajinan songket milik Yulia terus berinovasi. Hasilnya adalah songket spansil yang memakai pewarna alami buatan pengrajin. Songket kreasi Yulia ini juga tanpa benang emas seperti lazimnya songket Palembang.
"Songket ini cocok untuk anak-anak muda. Warnanya cerah dan tidak ada benang emasnya. Karena biasanya kalo ada benang emas terlalu formal, jadi songket spansil bisa digunakan ke acara apa saja,” jelas Yulia sambil menambahkan harga kain songket ini dibanderol Rp1,5 juta sampai Rp5 juta.
Selain songket, di Inacraft 2014 ini Yulia ini juga menjual kain jumputan dan busana dari kain tenun Blongsong yang masih diproduksi dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Busana ini dijual dengan harga Rp500.000 sampai Rp800.000.
Sedangkan kain Jumputan yang biasanya memakai bahan satin, di stan ini, jumputan dihadirkan dengan dua macam bahan, yakni bahan shifon dan katun dan dibanderol dengan harga Rp250.000 sampai Rp350.000.