Oksitosin Perlancar Proses Persalinan

Ririn Indriani Suara.Com
Rabu, 16 April 2014 | 15:32 WIB
Oksitosin Perlancar Proses Persalinan
Ilustrasi ibu hamil. (sumber: visualphotos)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setiap calon ibu pasti selalu mengharapkan proses persalinan normal dan lancar pada masa kehamilannya.

Namun dalam beberapa kasus, biasanya proses persalinan normal perlu dibantu dengan tindakan induksi, karena hormon oksitosin yang berperan untuk menimbulkan kontraksi pada rahim tidak bekerja dengan baik.

Oksitosin atau yang juga dikenal dengan sebutan hormon cinta adalah hormon yang secara normal diproduksi dari tubuh perempuan di otak kecil.

Saat proses persalinan normal, rahim perempuan dapat berkontraksi secara alami karena oksitoksin keluar dengan normal.

Dokter Ardiansjah Dara Sjahruddin, SpOG, MKes dari Siloam Hospital Semanggi menjelaskan, bila kontraksi tak kunjung muncul, dokter harus melakukan tindakan induksi untuk memperkuat derajat kontraksi rahim.

Menurutnya, ada dua proses induksi yang dapat dilakukan yaitu induksi persalinan secara tindakan dan induksi persalinan menggunakan obat-obatan.

Untuk induksi secara tindakan, lanjut Ardi, ada enam cara seperti melepas kulit ketuban dari bagian bawah rahim (stripping), pemecahan kulit ketuban (amniotomi), rangsangan pada puting susu, stimulasi listrik, pemberian bahan-bahan ke dalam rahim atau anus, dan hubungan seksual.

"Sedangkan induksi dengan menggunakan obat-obatan bisa dengan meneteskan oksitosin buatan pada infus intravena, pemakaian tablet prostaglandin, dan dengan cairan hipertonik intrauterin," jelasnya pada seminar kesehatan ETHICA Industri Farmasi, di Jakarta (16/4/2014).

Cara-cara tersebut dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah lahirnya bayi dari rahim secara normal.

Ardi menambahkan, waktu yang harus diperhatikan untuk melakukan tindakan induksi adalah jika tidak ada tanda-tanda kontraksi saat usia kandungan sudah hampir melewati masa cukup bulan sekitar 37-42 minggu.

Meski begitu, tindakan induksi sendiri memiliki efek samping yakni hiperstimulasi, atonia uteri, gawat janin, prolaps tali pusat, solusio placenta, intiksikasi air yang dapat menyebabkan ibu mengalami koma, ruptura uteri, maupun perdarahan post parfum.

Karena itulah tindakan induksi harus dilakukan dengan berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu.

Sebelum melakukan induksi, lanjut Ardi, dokter akan melakukan observasi untuk mengetahui kualitas kontraksi uterus dan detak jantung janin. "Jadi, jangan melakukannya secara sendiri atau tanpa pengawasan dokter. Jika salah akan sangat fatal sekali bagi ibu maupun bayinya," ujarnya.

Ardi menambahkan, tindakan induksi yang sering dianjurkan oleh para dokter kandungan dengan meneteskan oksitosin buatan melalui infus intravera.

Sementara untuk rasio keberhasilan induksi persalinan dengan pemberian oksitosin buatan, kata dia, berkisar 63 sampai 93 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI