Suara.com - Setiap calon ibu pasti selalu mengharapkan proses persalinan normal dan lancar pada masa kehamilannya.
Namun dalam beberapa kasus, biasanya proses persalinan normal perlu dibantu dengan tindakan induksi, karena hormon oksitosin yang berperan untuk menimbulkan kontraksi pada rahim tidak bekerja dengan baik.
Oksitosin atau yang juga dikenal dengan sebutan hormon cinta adalah hormon yang secara normal diproduksi dari tubuh perempuan di otak kecil.
Saat proses persalinan normal, rahim perempuan dapat berkontraksi secara alami karena oksitoksin keluar dengan normal.
Dokter Ardiansjah Dara Sjahruddin, SpOG, MKes dari Siloam Hospital Semanggi menjelaskan, bila kontraksi tak kunjung muncul, dokter harus melakukan tindakan induksi untuk memperkuat derajat kontraksi rahim.
Menurutnya, ada dua proses induksi yang dapat dilakukan yaitu induksi persalinan secara tindakan dan induksi persalinan menggunakan obat-obatan.
Untuk induksi secara tindakan, lanjut Ardi, ada enam cara seperti melepas kulit ketuban dari bagian bawah rahim (stripping), pemecahan kulit ketuban (amniotomi), rangsangan pada puting susu, stimulasi listrik, pemberian bahan-bahan ke dalam rahim atau anus, dan hubungan seksual.
"Sedangkan induksi dengan menggunakan obat-obatan bisa dengan meneteskan oksitosin buatan pada infus intravena, pemakaian tablet prostaglandin, dan dengan cairan hipertonik intrauterin," jelasnya pada seminar kesehatan ETHICA Industri Farmasi, di Jakarta (16/4/2014).
Cara-cara tersebut dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah lahirnya bayi dari rahim secara normal.
Ardi menambahkan, waktu yang harus diperhatikan untuk melakukan tindakan induksi adalah jika tidak ada tanda-tanda kontraksi saat usia kandungan sudah hampir melewati masa cukup bulan sekitar 37-42 minggu.