Suara.com - Suntiang, dari namanya, mungkin kita akan segera mengenali, bahwa restoran ini adalah khas Minang. Tapi masuk ke dalam restoran di Pondok Indah Mal 2 ini, pengunjung langsung disambut dengan ban berjalan yang lazim ditemukan di sushi bar sebuah rumah makan Jepang.
Maulana Pamungkas, Media Relation Suntiang menjelaskan Suntiang memang memadukan cita rasa masakan khas Minang dengan masakan Jepang. "Kedua masakan ini sama-sama memiliki banyak penggemar, mudah diterima dengan beragam lidah, untuk itu kami berinovasi untuk mengawinkan kedua masakan itu untuk menciptakan pasar baru," ujarnya.
Suntiang menawarkan sekitar 50 menu, 14 diantaranya disajikan berupa 'sushi' khas minang, seperti "rendang roll", "cheese rendang roll", "otak roll", "salmon skin roll balado", "ayam pop roll" dan "tunjang chrispy roll".
Senin (7/4/2014) Suara.com berkesempatan mencoba beberapa menu andalan Suntiang. Yang pertama adalah "gyoza duo raso". Seunik namanya, pangsit khas Jepang ini memiliki dua isian yang berbeda, yakni ayam bakar khas minang dan rendang giling.
Kelembutan kulit gyoza panggang langsung terasa terasa ketika masuk ke dalam mulut. Hidangan ini begitu nikmat dengan tambahan tiga saus (mayo) khas minang, yakni rendang mayo, gulai mayo, dan balado mayo.
Sepiring 'sushi' hadir dengan kikil dan siraman saus berwarna oranye diatasnya. Taburan chripsy dan irisan cabai merah mempercantik penampilannya. Rasa gulai langsung menyiram lidah, begitu potongan itu masuk ke dalam mulut. Seperti sushi lainnya, hidangan yang dinamakan "tunjang chrispy roll" ini juga memiliki kyuri (timun khas jepang) dan nori (lembaran rumput laut) di dalamnya.
"Cheese rendang roll" hadir menggoda dengan parutan keju cheddar dan siraman saus rendang diatasnya. Ketika digigit lelehan keju dan mozarella begitu terasa begitu gurih. Tak ketinggalan sepotong daging rendang kyuri yang menjadi isiannya.
Yang juga favorit di Suntiang adalah "gulai ramen". Semangkuk besar ramen berkuah oranye menyala begitu menggoda selera. sesuai namanya, cita rasa gulai yang gurih mendominasi kuahnya yang kental.
Tapi jangan dulu beranjak, Suntiang juga memiliki sejumlah hidangan khas Jepang dengan rasa Minang lainnya, seperti "onigiri isi ayam bakar", "tempura otak", "edamame balado", "kepala salmon kuah gulai" dan "ramen cabe hijau". Tidak seperti restoran Jepang lainnya, Suntiang tidak menyediakan bumbu pendamping seperti wasabi atau acar jahe merah.
Namun, jika pengunjung menginginkan, pramusaji bisa menyediakannya. "Kita sengaja tidak taruh di atas meja, karena memang sushi-sushi khas Suntiang ini sudah begitu berbumbu, kalau ditambah wasabi atau acar jahe khawatir tidak cocok dan akan mempengaruhi rasa," jelas Maulana.
Untuk menghadirkan rasa asli masakan Minang, koki-koki yang awalnya memiliki basis masakan Jepang, diberi pelatihan khusus oleh pemilik Suntiang yang memang asli Solok, Sumatera Barat.
"Kami benar-benar belajar memasak makanan Minang, mulai dari bumbunya, masak rendang yang memang saya akui sangat berat, semua proses dipelajari sekitar satu bulan, sampai akhirnya kami benar-benar bisa," ujar M. Lutfi Abadi, kepala koki Suntiang. Dari hasil 'berguru' inilah koki-koki kemudian berkreasi dan berinovasi untuk mengkombinasikan kedua karakter masakan tersebut.
"Kita selalu uji coba untuk mendapatkan rasa yang pas. Seperti misalnya menurunkan tingkat keasaman pada nasi, menurunkan kepedasan rendang. Karena kalau salah sedikit saja, rasa bisa tabrakan. Kita sering minta pendapat owner atau teman-teman. Tidak jarang tamu memberi masukan pada kami tentang menu-menunya," tambah Lutfi.
Restoran yang berdiri sejak November 2011 ini, akan membuka cabang barunya di Grand Indonesia pertengahan tahun ini. Tertarik mencicipi keunikan rasa hasil 'perkawinan' masakan khas Minang dan Jepang ini? Anda tak perlu takut merogoh kocek dalam-dalam, karena harganya hanya berkisar Rp 9.000 sampai Rp. 90.000 saja.