Suara.com - Mengabadikan hubungan cinta dalam sebuah 'gembok cinta' adalah salah satu atraksi yang sering dilakukan wisatawan yang berkunjung ke Paris, Perancis. Gembok cinta ini umumnya diikatkan di pagar sejumlah jembatan yang membentang di atas Sungai Seine, tetapi lokasi favorit adalah Pont des Arts dan Pont de l'Archevêché.
Bagi banyak orang gembok cinta dengan nama yang terukir di dalamnya, melambangkan keabadian. Tapi bagi sebagian yang lain, itu tak hanya mengganggu pemandangan juga mengancam struktur jembatan di mana gembok-gembok itu ditautkan. Keberadaan Sekitar 700.000 gembok cinta yang terkunci di atas sejumlah jembatan di Paris dinilai terlalu berat.
Kampanye agar gembok cinta dilarang bertajuk 'No Love Locks' pun mulai diluncurkan Februari lalu. Dan kini sudah ditanda-tangani 1.700 orang. Dan, ternyata kampanye ini justru diprakarsai dua warga Amerika Serikat yang tinggal di Paris.
"Ini makin tak terkontrol, orang-orang memanjat tiang lampu demi menguncikan gembok cinta mereka. Atau menantang risiko dengan bergantungan di atas jembatan. Ini tak lagi romantis, tetapi telah berubah menjadi kegilaan," ujar Lisa Anselmo, yang mensponsori gerakan 'No Love Locks' bersama penulis Lisa Taylor Huff.
Lalu apa reaksi warga Paris atas kampanye ini? Sangat beragam, ada yang mendukung, terkejut, ada juga yang marah. Tapi Anselmo mengingatkan kampanye ini tak melulu alasan estetika tetapi juga keselamatan. "Beban yang ditimbulkan gembok-gembok itu sudah sangat mengkhawatirkan. Pont des Arts sekecil itu harus menahan beban seberat 93 metrik ton. Pihak pemerintah kota sudah menggantinya dan dalam waktu singkat kembali penuh dengan gembok. Jadi hanya satu cara, yakni melarangnya!" tegasnya.
Tapi ada yang meragukan larangan ini tidak akan efektif, karena sebagian besar yang memanifestasikan cintanya dalam bentuk gembok cinta adalah wisatawan. Dan gembok cinta adalah salah satu atraksi yang sangat disukai mereka yang berkunjung ke sana. (Sumber: The Guardian)