Suara.com - Salah satu makanan khas Betawi, nasi ulam, mungkin sudah sangat jarang kita temui.
Ini terjadi mungkin karena pamornya yang tak sepopuler makanan Betawi lainnya seperti nasi uduk atau lontong sayur Betawi. Tak heran bila nasi ulam sulit dijumpai.
Meski demikian Anda tak perlu khawatir karena makanan tradisional yang rasanya gurih ini masih bisa dijumpai di sebuah gang kecil bernama Gang Dogol, di Jalan Karet Pedurenan, Jakarta Selatan. Tepatnya berada di sekitar belakang Mal Ambasador.
Di situlah terdapat sebuah kedai sederhana bernama "Nasi Uduk dan Nasi Ulam Ibu Yoyo", yang menyajikan beragam masakan Betawi. Nah, salah satu menu andalannya adalah nasi ulam otentik Betawi.
Mengapa disebut otentik? Karena menurut Komala, penjual sekaligus pengelola Kedai Nasi Uduk dan Nasi Ulam Ibu Yoyo, nasi ulam ada dua jenis yaitu nasi ulam basah dan kering.
Nasi ulam basah, kata dia, sudah dimodifikasi oleh pengaruh Tionghoa. "Campurannya adalah nasi putih dengan taburan kacang tanah, bihun goreng, bawang goreng, kemangi, kemudian diguyur kuah semur yang gurih dan manis," ceritanya kepada Suara.com.
Sedangkan nasi ulam asli Betawi, lanjut Komala, termasuk jenis nasi ulam kering. Campurannya, kata dia, nasi putih, taburan serundeng kelapa dengan bumbu rahasia yang merupakan resep turun temurun keluarganya plus kemangi, timun, dan kacang hijau tanpa diguyur kuah.
Nah, nasi ulam kering inilah yang disajikan oleh Kedai Nasi Uduk dan Nasi ulam Ibu Yoyo. Anda dapat merasakan gurihnya serundeng kelapa yang dicampur oleh bumbu rahasia khas Ibu Yoyo.
Tak hanya serundeng yang membuat nasi ini terasa gurih, Anda juga dapat melengkapinya dengan pilihan berbagai lauk pauk yang tersedia di Kedai Ibu Yoyo.
Ada semur daging, semur tahu, semur telur, semur jengkol, telur balado, goreng ayam, goreng tempe, goreng ikan, presmol ikan kembung dan empal ikat sapi.
Semua lauk pauknya ini tak hanya lezat dan empuk, tetapi juga beraroma semerbak khas rempah yang begitu menggugah selera.
"Resepnya karena kami memasaknya dengan menggunakan kayu bakar untuk mempertahankan rasa aslinya. Selain itu, nasi akan beraroma lebih harum dibandingkan memasak dengan kompor modern," cerita Komala.
Kelezatan masakan tradisional Jakarta ini, dapat Anda nikmati dengan harga sangat terjangkau.
Bagaimana tidak, sepiring nasi ulam hanya dihargai Rp5000. Sedangkan untuk lauk pauknya bervariasi. Semur daging, goreng ayam, dan empal ikat misalnya, masing-masing dijual dengan harga Rp12.000. Gorengan tempe dan tahu Rp2000. Semur jengkol Rp1000 per buah. Sedangkan semur telur dan telur balado Rp 4000. Cukup murah kan?
Kedai Nasi Uduk dan Nasi Ulam Ibu Yoyo saat ini dikelola oleh Komala yang merupakan generasi ketiga dari Ibu Yoyo. Usaha kuliner ini, kata dia, mulanya dirintis pada tahun 1951 oleh H. Damro yang akrab disapa Yoyo.
Hingga saat ini, sudah banyak pengunjung yang menyantap kelezatan masakannya. "Yang datang itu memang banyaknya orang Tionghoa. Tapi kalau siang dan sore, banyak orang kantoran yang makan," ujar Komala.
Aryo, salah satu penggemar nasi ulam mengaku, sangat senang masih ada hidangan khas Betawi yang memang sudah jarang ditemukan.
"Nasi ulam ya terkenalnya di sini. Rasanya enak, unik juga. Lauknya juga banyak. Jadi mau setiap hari ke sini juga enggak bosan. Apalagi deket sama kantor saya," ujarnya.
Bila Anda Tertarik mencicipi keunikan rasa nasi ulam tersebut, bisa mendatangi Kedai Ibu Yoyo yang buka setiap hari mulai pukul 07.00 - 22.00 WIB. Selamat mencoba!