Suara.com - Hati-hati bila anak laki-laki Anda mengalami kelebihan berat badan alias kegemukan. Sebab kegemukan bisa menyebabkan anak mengalami kelainan ukuran penis yang dalam bahasa medisnya dikenal dengan sebutan mikropenis.
Kelainan ini jangan dianggap remeh karena akan berdampak pada kualitas hidupnya di masa depan.
Pakar seksolog dr Naek L Tobing mengatakan di Indonesia, kasus mikropenis pada anak laki-laki semakin meningkat pada 10 tahun terakhir.
"Dan sekitar 80 persen yang mengalami kelainan ini adalah anak berusia 8 sampai 12 tahun," ungkapnya saat ditemui Suara.com di tempat praktiknya di Jalan Pakubuwono VI/21, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Naek menjelaskan mikropenis adalah suatu kelainan ukuran penis yang disebabkan oleh kekurangan hormon pengembang. Penyebab utama berkurangnya hormon ini adalah kegemukan.
Akibat berkurangnya hormon tersebut, lanjut dia, maka konsentrasi testosteron pada anak laki-laki yang kegemukan hanya sebesar kurang dari 0,025 ng/dl. Sementara pada anak laki-laki yang berat badannya normal, konsentrasi testosteronnya mencapai 0,030 sampai 0,68nd/dl.
"Ini artinya, hormon pengembang penis sangat kurang dalam aliran darah, maka penis tidak dapat tumbuh dengan baik," jelas Naek.
Menurut dia, beberapa orangtua biasanya terlambat menyadari keadaan penis sang anak lantaran belum mengetahui seperti apa tanda-tanda ukuran penisnya normal atau tidak.
Naek mengungkapkan, anak yang mengalami mikropenis biasanya memiliki tanda-tanda fisik seperti, penisnya masuk ke dalam seperti tertanam di dinding perut, tidak terukur, dan tidak bisa disunat karena ukurannya sangat pendek.
"Jika dipaksa disunat, kulup penis akan tertutup kembali dan harus dilakukan sunat ulang, dan saat buang air kecil, kencingnya berpencar," imbuhnya merinci.