Suara.com - Jika Anda pemburu kuliner Ibu Kota, belum lengkap rasanya bila tidak menyambangi kedai ketan susu yang dikenal dengan sebutan Tansu, di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat.
Kudapan tradisional khas Betawi ini merupakan salah satu makanan favorit warga Jakarta karena terkenal dengan kelezatan rasa dan harganya yang murah.
Bulir-bulir ketan kukus yang mengepul panas lalu disiram susu kental manis dan parutan kelapa ini terasa begitu lezat, gurih dan manisnya pun pas dilidah. Sangat cocok disantap sebagai kudapan pelepas penat usai beraktivitas.
Sebagai pelengkap, disediakan juga bermacam-macam gorengan seperti pisang goreng, tempe goreng, singkong goreng, ubi goreng dan sukun goreng.
Hidangan sederhana namun istimewa ini dihargai hanya Rp4000 untuk seporsi ketan. Sementara aneka gorengan cukup Rp1000 per buahnya.
Sedangkan minumannya ada teh poci, susu, kopi, air jeruk dan teh manis atau tawar. Semua minuman yang bisa disajikan hangat dan dingin ini kisaran harganya Rp2000-Rp3000.
"Saya dari tahun 2000 sudah sering ke sini. Kalau kebetulan lewat, pasti mampir. Senangnya sih makan ketan susu pakai tempe goreng. Makanannya unik, rasanya enak, murah dan tempatnya juga adem," ujar Bambang, salah satu pengunjung yang sedang menikmati ketan susunya.
Menurut Saiful, salah satu penjual Tansu Kemayoran, kudapan ringan ini telah ada sejak 1958. Saat itu, Kakek dari Saiful, bernama H. Tasniat dan H. Sukrod, memulai usaha Tansu menggunakan keranjang gendong.
Setelah usahanya berjalan beberapa tahun, barulah mereka menempati sebuah kedai sederhana di pojokan Jalan Garuda Ujung, Kemayoran, Jakarta Pusat. Usahanya ini semakin berkembang dan diwariskan kepada anak dan cucunya hingga sekarang.
Di tangan generasi ketiga inilah nama Tansu Kemayoran semakin dikenal masyarakat luas. Ini pula yang membuat Kedai Tansu setiap harinya buka selama 24 jam untuk memenuhi kebutuhan para pembeli yang datang ke kedai tanpa mengenal waktu.
Saiful mengatakan, penjaga Kedai Tansu yang melayani pembeli dibagi menjadi dua waktu. "Dari pagi hingga petang, ada tiga penjual yang bekerja. Sedangkan malam sampai subuh, ada enam orang yang bekerja karena pada waktu tersebut pengunjung lebih padat dibandingkan siang hari," jelasnya saat ditemui Suara.com, Selasa (18/3/2014) sore.
Setiap harinya terutama malam hari dan di akhir pekan atau liburan, kedai ini memang selalu dipadati pengunjung dari berbagai wilayah di Jakarta, luar kota bahkan wisatawan dari negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Mereka jauh-jauh datang demi mencicipi kelezatan salah satu kuliner favorit warga Jakarta ini.
Saking banyaknya pengunjung yang ingin menyantap Tansu, Syaiful mengaku, dalam satu hari kedainya memasak hingga 100 kg ketan.