Suara.com - Potensi wisata Sungai Musi yang membelah Kota Palembang, Sumatera Selatan selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal sungai sepanjang lebih dari 400 kilometer ini tak hanya indah, tetapi juga menyimpan sejarah panjang. Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya (abad VII), sungai Musi yang membagi kota Palembang menjadi Seberang Ilir (bagian utara) dan Seberang Ulu (bagian selatan) menjadi sarana transportasi utama bagi masyarakat.
Berdasarkan cerita rakyat, Sungai Musi berasal dari kata Mu dan Ci yang dalam bahasa Han, berarti ayam betina, dan juga nama bagi Dewi Ayam Betina yang memberikan keberuntungan pada manusia. Ayam betina adalah makhluk yang memberikan keuntungan bagi manusia, karena sekali bertelur belasan butir.
Telur adalah sumber makanan dan rezeki yang menggambarkan wilayah yang dialiri Sungai Musi kondisinya sangat subur, hasil rempah-rempahnya bermutu tinggi, memiliki tambang batubara, minyak, gas bumi, emas dan kekayaan alam lainnya. Sehingga sepanjang tepian Sungai Musi menyimpan banyak cerita.
Sungai Musi juga disebut Batanghari Sembilan yang berarti sembilan sungai besar yang menjadi anak Sungai Musi, yakni Sungai Klingi, Bliti, Lakitan, Rawas, Rupit, Lematang, Leko, Ogan, dan Sungai Komering. Pendapat lain mengatakan istilah Batanghari Sembilan, mengacu kepada wilayah, adalah sebutan lain dari kawasan Sumatra Bagian Selatan (Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, dan Bengkulu) yang memiliki sembilan sungai (Batanghari) yang berukuran besar.
Batanghari dalam beberapa bahasa lokal di Sumatera Selatan, seperti bahasa Rambang (Prabumulih) atau bahasa Bindu (Kecamatan Peninjauan) berarti sungai. Wisata di sekitar Sungai Musi kini sebenarnya sudah dikembangkan. Wisatawan dapat menikmati keindahan Sungai Musi dengan menumpang perahu ataupun getek.
Tetapi ini dinilai masih belum optimal. Untuk mengoptimalkan sungai Musi, pemerintah daerah yang dilalui aliran Sungai Musi seperti Kota Palembang dan Sekayu, Musi Banyuasin dan beberapa daerah lainnya sepakat untuk menyelamatkan Musi dari pencemaran baik dari limbah rumah tangga maupun limbah industri.
Sejumlah Pemkab dan Pemkot di sana mendukung rencana untuk menyulap Sungai Musi seperti halnya Sungai Danube di Kota Beograd, Yugoslavia yang tidak hanya difungsikan sebagai jalur ekonomi tetapi juga untuk wisata.
Kawasan tepian sungai di Kota Sekayu akan dirancang menjadi kawasan wisata terpadu, yang dilengkapi dengan sarana penunjang seperti hotel berbintang dan kapal wisata berkonsep kapal "Roda Lambung" seperti yang pernah digunakan pada zaman Belanda. Kapal "Roda Lambung" itu bakal dilengkapi restoran dan fasilitas hiburan lainnya.
Selain itu juga akan dikembangkan hotel berbintang milik perusahaan daerah yakni Hotel Ranggonang, yang akan menjadikan Sungai Musi sebagai halaman depannya. (Sumber : Antara)