Suara.com - Suara Sunarsih (49) mengalun lembut. Musik calung yang mengirinya membuai penonton yang memadati Galeri Indonesia Kaya, Jakarta pada Jumat (7/3/2014) malam itu. Awalnya, tembang yang dilantunkannya berirama lamban. Tetapi makin lama makin cepat.
Selaras dengan itu, di atas panggung, gerakan tiga penari lengger juga makin lincah. Sesekali, ketika tangan mereka melempar sampur, para penari itu melempar senyum kenes ke arah penonton. Sepenggal pertunjukan itu sedikit mengingatkan akan seni rakyat asal Banyumas yang pada tahun 1960an pernah begitu digemari.
Sebenarnya, seperti apa nasib seni rakyat yang menginspirasi penulis Ahmad Tohari menghasilkan karya besar ‘Ronggeng Dukuh Paruk’ ini? Di belakang panggung, dengan wajah yang masih berkeringat, Sunarsih membagi kisahnya kepada suara.com.
Beberapa tahun belakangan ini undangan yang diterima kelompok tari lengger Marga Utama yang dipimpinnya makin sepi. Dalam satu tahun, kelompok lengger yang didirikan ayah Sunarsih ini rata-rata hanya menerima 4 hingga lima undangan. Undangan itu biasanya datang dari mereka yang memiliki hajatan. Untuk mengisi waktu luang, Sunarsih lebih banyak memenuhi undangan nyinden bersama kelompok lain.
Lalu bagaimana dengan pemain musiknya? Mereka harus bertahan dengan pekerjaan sampingan masing-masing. Kondisi ini tentu sangat berbeda dengan di masa lalu. Hingga tahun 1980an, hampir setiap minggu ia pasti naik pentas. Bahkan pada musim kawin, undangan itu bisa datang tiap hari. “Lengger sekarang kalah dengan campur sari atau organ tunggal,” keluh perempuan yang sudah menari lengger sejak usia tujuh tahun ini.
Minat kaum muda untuk menekuni lengger juga makin surut. Tak heran diusianya yang mendekati kepala lima, Sunarsih belum menemukan calon pengganti. Dan kalaupun ada yang berminat, menurut Sunarsih, kemampuan mereka tidak seperti yang diharapkan. Mereka tak hanya tak bisa nembang, tariannya juga kurang luwes. “ Gerakan terlalu sekolahan, seperti tak ada ruhnya,” cetusnya. Apakah mungkin indang ronggeng sudah hilang? Sunarsih menolak menjawab pertanyaan ini. Ia memilih permisi dengan alasan untuk mengganti bajunya.