Suara.com - Secara teknis, kondom untuk perempuan bisa berfungsi seperti yang diharapkan. Jika digunakan dengan benar, kondom yang mulai dikembangkan pada 1987 ini bisa mengurangi risiko tertular penyakit menular seksual atau bahkan HIV/Aids hingga 94–97%. Kondom wanita juga terbukti mampu memberikan kekuatan bagi perempuan untuk menegosiasikan hubungan seks yang aman.
Tapi hampir 20 tahun sejak dikenalkan, penjualan kondom untuk perempuan belum seperti yang diharapkan. Setiap kali kata kondom, pikiran orang langsung mengasosiasikannya dengan kondom untuk laki-laki. Saat ini, kondom perempuan yang beredar di pasar hanya sekitar 1,6% dari seluruh kondom yang didistribusikan di seluruh dunia.
Keengganan perempuan mengenakan kondom khusus untuk mereka ini juga sering dikaitkan dengan harganya yang relatif lebih mahal dibanding kondom laki-laki. Untuk setiap helai kondom untuk perempuan dihargai 0.55-0.88 dolar. Padahal untuk setiap helai kondom laki-laki hanya dihargai 0.02 dolar.
Masyarakat juga kurang antusias dengan kondom perempuan. Media, bahkan di negara maju sekalipun, mencibirnya. Para dokter mengabaikan. Bahkan kaum hawa yang disasar juga menyebut kondom ini secara estetis tidak menarik dan sulit digunakan.
Tapi sikap skeptis ini tak membuat para ahli berkecil hati. Mereka terus berupaya untuk mengembangkan kondom khusus untuk kaum hawa ini. Bertahun-tahun mereka melakukan berbagai inovasi agar kondom ini lebih nyaman digunakan. Seiring dengan itu, juga gencar dilakukan kampanye untuk mengenalkannya kepada masyarakat.
Hasilnya adalah kondom perempuan yang diberi label FC2. Kondo mini terbuat dari dari nitrile yang lebih kuat dibanding pendahulunya (FC1). Harga FC2 juga jauh lebih murah dibanding FC1. Saat digunakan FC2 juga tak seberisik FC1. Jadi..? (Sumber : BBC)