Suara.com - Masa puber boleh dibilang sebagai masa yang rawan. Di satu sisi anak masih berada dalam alam kanak-kanaknya. Tetapi di sisi lain ia juga mulai beranjak dewasa. Mereka mulai merasakan ada yang berbeda dengan tubuhnya, dan merasa sudah berhak ‘menentukan’ hidupnya sendiri.
Masa peralihan ini sering menjadi masa yang rawan. Anak-anak sedang mencari jati dirinya Rasa ingin tahu anak tentang persahabatan, penerimaan dan keinginan untuk menjadi berbeda, sering mendorong anak-anak mencoba hal-hal baru yang tak semua bagus untuknya.
Di masa peralihan ini, anak-anak bisa jadi lebih sulit diatur dan mulai menarik diri dari orang tua mereka. Banyak orang tua bingung bagaimana menghadapi anak yang sedang puber.
Bagaimana orang tua sebaiknya menangani anak yang sedang puber, psikolog Bertha Sekunda memberikan tips sebagai berikut:
Jangan panik
Meski bingung, cobalah untuk tetap tenang. Toh semua orangtua mengalami hal ini. Tenang, bijak, berkepala dingin dan tidak menghakimi,adalah sikap yang dibutuhkan anak yang sedang puber sebagai teman ceritanya. Kesiapan anak menghadapi masa transisi ini tergantung pada Anda sebagai orang tua dalam memberikan informasi.
Jadilah kawan bicara bagi anak
Komunikasi dua arah menjadi hal penting bagi anak yang menginjak masa puber. Jangan sampai kehilangan ceritanya dari hari kehari. Tapi praktiknya memang tak mudah, anak puber tidak mudah percaya pada orangtua karena mempunyai prinsip sendiri yang tidak mudah ditebak orang lain dan lebih percaya pada teman sebayanya. Akan lebih baik jika komunikasi ini diawali sejak kecil, bahkan sejak balita. Kedekatan anak dengan orangtua akan membuat anak percaya dan lebih mudah menceritakan apa yang dialaminya.
Menjadi pendengar yang baik
Jangan membuat anak merasa dihakimi, sehingga mereka justru menutup diri. Jangan banyak bertanya, tapi awali dengan menceritakan pengalaman-pengalaman yang Anda alami saat seusianya. Ajak anak beropini terkait cerita yang Anda sampaikan sehingga terbangun diskusi yang hangat.